Harga Minyak Menguat Tipis di Tengah Potensi Eskalasi Konflik Israel-Iran

Sifi Masdi

Thursday, 10-10-2024 | 09:47 am

MDN
Ilustrasi kenaikan harga minyak dunia [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia kembali mengalami penguatan tipis pada perdagangan Kamis, 10 Oktober 2024, setelah melemah dalam dua hari terakhir. Meskipun data menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS), pasar masih dihadapkan pada risiko gangguan pasokan dari Iran akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan potensi dampak dari Badai Milton di AS.

 

Pada pukul 6.55 WIB, Kamis (10/10), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November 2024 di New York Mercantile Exchange tercatat menguat sebesar 0,26% ke angka US$ 73,42 per barel. Kenaikan ini terjadi setelah harga minyak relatif stabil dalam dua hari terakhir, menyusul penurunan tajam pada Selasa (8/10).

 

Sementara itu, minyak mentah jenis Brent, yang menjadi acuan global, ditutup pada level US$ 76,58 per barel pada Rabu (9/10), melemah 0,8% atau setara dengan 60 sen dalam sehari. Di waktu yang sama, minyak mentah WTI AS tercatat turun 0,5% dan ditutup di level US$ 73,24 per barel.

 

Stok Minyak AS

Peningkatan stok minyak mentah di AS menjadi salah satu faktor utama yang menekan harga. Berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah AS melonjak sebesar 5,8 juta barel menjadi 422,7 juta barel minggu lalu. Angka ini jauh melampaui ekspektasi analis, yang sebelumnya memproyeksikan kenaikan hanya 2 juta barel.

 



BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis, 10 Oktober 2024

Yayan G.H. Mulyana: Keberadaan Para Indonesianis Jadi Jembatan Penghubung Antarbudaya dan Bangsa​​​​​​​

Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Isu  Gencatan Senjata Israel-Hizbullah 

Harga Minyak Dunia Melemah: Kelebihan Pasokan?
 


 

Menurut Bob Yawger, direktur minyak berjangka di Mizuho, peningkatan persediaan ini tidak sebesar yang diperkirakan oleh kelompok perdagangan American Petroleum Institute.

 

"Kondisi ini membatasi penurunan harga minyak yang lebih tajam," ungkapnya. Selain itu, penurunan persediaan bensin dan sulingan yang lebih besar dari ekspektasi juga membantu meredam tekanan terhadap harga minyak.

 

Sementara itu, AS sedang bersiap menghadapi badai besar kedua, Badai Milton, yang diperkirakan akan melanda Florida dengan membawa tornado dan hujan lebat. Kejadian ini telah memicu peningkatan permintaan bensin di negara bagian tersebut, menyebabkan sekitar 25% stasiun pengisian bahan bakar kehabisan stok. Peningkatan permintaan ini juga turut mendukung harga minyak mentah, meskipun badai tersebut juga membawa risiko gangguan pasokan.

 

 

 

Konflik Israel-Iran

Pasar minyak dunia terus memantau dengan cermat potensi eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya terkait ketegangan antara Israel dan Iran. Meski harga minyak sempat turun lebih dari 4% pada Selasa setelah beredar kabar mengenai potensi gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel, ancaman serangan terhadap infrastruktur minyak Iran masih menjadi perhatian utama.

 

Presiden AS Joe Biden melakukan percakapan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu, membahas rencana Israel terhadap Iran, meskipun rincian diskusi tersebut belum diungkapkan ke publik. John Kilduff, mitra di Again Capital, mengungkapkan bahwa "Spekulasi mengenai serangan terhadap Iran dapat meningkatkan harga minyak sekitar US$ 5 per barel."

 

Meskipun ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat, tekanan ekonomi global, khususnya di China, juga turut memengaruhi harga minyak. China, sebagai pengimpor minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang melambat, yang berpotensi melemahkan permintaan bahan bakar. Investor kecewa dengan keputusan pemerintah China yang enggan menerapkan langkah-langkah fiskal yang lebih agresif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

 

EIA juga telah menurunkan proyeksi permintaan minyak global untuk tahun 2025, dengan alasan melemahnya aktivitas ekonomi di China dan Amerika Utara, yang menjadi faktor utama dalam prospek fundamental harga minyak.

 

 

KOMENTAR