Kebijakan China Beli Kedelai AS Dongkrak Kenaikan Harga CPO
Jakarta, Inako
Pada perdagangan Rabu (12/12/2018), harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Februari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia naik 0,6% ke level MYR 2.027/ton, hingga pukul 12.30 WIB atau penutupan perdagangan sesi I.
Harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia ini mampu rebound, pasca kemarin turun cukup signifikan sebesar 1,32%.
Sentimen yang menjadi kekuatan utama bagi harga CPO hari ini adalah kenaikan harga minyak kedelai di Amerika Serikat (AS), menyusul aura damai dagang Washington-Beijing.
Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBoT) kontrak Januari tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,7% pada penutupan perdagangan kemarin. Hingga siang ini, harga komoditas agrikultur unggulan Negeri Paman Sam ini juga masih naik di kisaran 0,3%.
Sentimen positif bagi harga minyak kedelai adalah pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa China telah kembali membeli kedelai AS "dalam jumlah yang besar", pasca kedua negara memutuskan untuk melakukan gencatan senjata di sela-sela KTT G20 Argentina pada awal bulan ini.
Selain itu orang no. 1 di AS itu juga mengemukakan bahwa diskusi dagang dengan Beijing sudah berlangsung melalui telepon, yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan pertemuan pejabat resmi dari kedua pihak.
"Saya baru mendengar hari ini bahwa mereka (China) membeli kedelai dalam jumlah yang besar. Mereka baru saja mulai," ucap Trump pada sebuah wawancara dengan Reuters.
Sebagai informasi, menyusul penetapan bea masuk sebesar 25% dari pihak China per Juli lalu, komoditas kedelai AS memang cukup terpukul. Sepanjang tahun berjalan ini (hingga akhir pekan lalu), harga minyak kedelai sudah amblas 13% lebih.
Alhasil, meski pernyataan Trump tersebut belum terkonfirmasi di lapangan (oleh data-data penjualan minyak kedelai ke China), harga minyak kedelai mampu menanjak naik hingga hari ini.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.
Meski demikian, penguatan harga CPO juga terbatas oleh Malaysian Palm Oil Board (MPOB) yang mengumumkan bahwa stok minyak kelapa sawit di Malaysia di November naik 10,5% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka 3,01 juta ton. Level itu merupakan yang tertinggi dalam 18 tahun terakhir.
Data produksi minyak kelapa sawit Negeri Jiran memang diumumkan turun 6,09% MtM ke angka 1,85 juta ton per November lalu. Ini menjadi kali pertama produksi mengalami penurunan dalam 5 bulan terakhir.
Akan tetapi, MPOB melaporkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Malaysia turun 12,9% MtM ke 1,37 juta ton pada bulan lalu, lebih dalam dibandingkan survei Reuters yang mengekspektasikan penurunan sebesar 10,6%.
Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia malah diperkirakan masih akan melemah di penghujung tahun. Pasalnya, musim dingin datang melanda negara-negara importir utama seperti China dan Uni Eropa.
Sebagai informasi, minyak kelapa sawit akan memadat pada cuaca yang dingin. Kala produksi membukukan penurunan, tapi ekspor juga melemah (bahkan melemah lebih dalam), maka stok cenderung masih akan melambung tinggi. Sentimen ini lantas membatasi penguatan harga CPO hari ini.
TAG#CPO, #Perdagangan, #Kedelai, #China, #Amerika Serikat
188641910
KOMENTAR