Kekayaan Buffett Tidak Dibangun Dalam Semalam

JAKARTA, INAKORAN
Tidak Sabar untuk Berinvestasi Jangka Panjang "Pasar saham dirancang untuk mentransfer uang dari mereka yang aktif ke mereka yang sabar." - Warren Buffett
Kekayaan Buffett tidak dibangun dalam semalam, melainkan melalui puluhan tahun investasi yang sabar dan memosankan.
Sementara kebanyakan investor terus-menerus mengecek harga saham setiap hari dan sering melakukan trading, Buffett justru menahan investasinya selama bertahun-tahun—bahkan puluhan tahun.
Investasinya di Coca-Cola, yang dibeli pada tahun 1988, masih ada dalam portofolio Berkshire Hathaway lebih dari 35 tahun kemudian.
Kesabaran ini memungkinkan keuntungan modal dan dividen yang diinvestasikan kembali bekerja secara optimal. Buffett berpikir dalam jangka waktu dekade, bukan hari.
Sementara itu, investor rata-rata justru merugi karena terlalu sering berdagang dan mencoba menebak pasar tanpa strategi yang jelas.
Buffett membeli saham pertamanya pada usia 11 tahun. Ia memahami prinsip keuntungan eksponensial sejak dini.
Matematika pertumbuhan majemuk menciptakan keuntungan besar bagi mereka yang memulai lebih awal.
Jika seseorang menginvestasikan 5.000 dollar AS per tahun dari usia 25 hingga 35, lalu berhenti, mereka masih bisa mengumpulkan lebih banyak kekayaan dibandingkan seseorang yang baru mulai berinvestasi pada usia 35 dan terus menabung hingga usia 65.
Keunggulan waktu ini tidak tergantikan—tidak ada strategi investasi cerdas yang bisa menebus hilangnya dekade pertumbuhan majemuk.
Mengikuti Kerumunan "Takutlah saat orang lain serakah, dan serakahlah saat orang lain takut." -
Warren Buffett Saat krisis keuangan 2008, ketika banyak investor panik menjual saham, Buffett justru membeli, termasuk investasi 5 miliar dollar AS di Goldman Sachs yang kemudian menghasilkan miliaran keuntungan.
Investor rata-rata melakukan kebalikan dari Buffett—mereka membeli saat pasar sedang naik dan menjual saat pasar turun, mengikuti emosi, bukan analisis rasional.
Warren Buffett membuat keputusan investasi berdasarkan analisis rasional, bukan reaksi emosional.
Ia melihat volatilitas pasar sebagai peluang, bukan ancaman. Sebaliknya, kebanyakan orang membiarkan ketakutan, keserakahan, dan emosi lainnya mengendalikan keputusan keuangan mereka.
Mereka menjual dalam kepanikan saat harga turun, tergoda euforia saat harga naik, dan membuat keputusan impulsif yang merusak rencana finansial mereka.
TAG#WARREN BUFFET, #INVESTASI, #BREN
191755057
KOMENTAR