Kepala BPIP: Masa Depan Akan Lebih Baik Dari Sekarang
BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA
Untuk kedua kalinya selama Ramadhan 1441 H, Direktorat Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada 1 Mei 2020 menyelenggarakan ngabuburit daring bertajuk “Jum’at Bersama BPIP.”
Kali ini tema ngabuburit adalah “Membangun Masa Depan: Perspektif Adduha”. Bertindak sebagai nara sumber adalah Kepala BPIP, Prof. K.H. Drs. Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D, dan moderator Direktur Pengkajian Materi BPIP, Dr. Muhammad Sabri.
Adapun peserta diskusi publik adalah anggota masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri yaitu dari Taiwan.
BACA JUGA: Kepala BPIP: Puasa Membangun Peradaban
Direktur Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP, Aris Heru Utomo, saat membuka acara menyampaikan bahwa surat Adduha yang terdiri dari 11 ayat dan diturunkan di Mekkah ini sangat menarik didiskusikan agar secara bersama-sama bisa melihat cara pandang dalam menentukan masa depan.
Adduha yang secara harfiah dimaknai sebagai waktu matahari sepenggalan naik sangat terkait dengan apa yang diingatkan Allah SWT dalam surat tersebut bahwa masa depan lebih baik daripada sekarang. Makna ayat ini tersirat dalam QS. Ad Dhuha, “Walal akhiratu khairul laka minal ula,”
BACA JUGA: Laku Pancasila di Tengah Wabah Corona
Dalam tausiahnya, Prof. Yudian Wahyudi menyampaikan bahwa surat Adduha sesungguhnya dapat dirasakan, tidak hanya dalam arti teologis atau aqidah tetapi dalam semua aspek kehidupan. Namun, selama ini terjadi pemaknaan yang cenderung reduksionis karena dibatasi pada lingkup aqidah semata.
Dari asbabun nuzulnya, surat Ad Dhuha tidak terlepas dari peristiwa saat terjadinya keterputusan wahyu, yakni wahyu tidak kunjung datang beberapa waktu, sementara Nabi Muhammad SAW sangat mengharapkan turunnya wahyu dari Allah SWT.
BACA JUGA: Pancasila, Corona dan Equilibrium yang Terguncang
Melalui Surat Adduha, Allah SWT meyakinkan Nabi bahwa masa depan jauh lebih baik daripada masa sekarang. Kata akhiratu dalam surat Ad Dhuha ayat 4 tersebut banyak diartikan sebatas akhirat,
Merujuk pada makna kiamat Sugro yang dapat terjadi setiap saat dalam kehidupan seseorang dimana ‘yaumul hisab’ berlangsung seumur hidup, maka Prof. Yudian berpendapat bahwa seharusnya umat Islam tidak semata berorientasi pada masa depan ‘akhirat’ yang kekal semata, namun harus juga memegang prinsip bahwa masa depan ada di depan mata, masa depan harus lebih baik dari hari ini dan kemarin. Yang akhir harus lebih baik dari yang awal, harus husnul khotimah dalam setiap catatan sejarah hidupnya.
Untuk itu, kata kuncinya adalah sabar yang merupakan proses alamiah, sunnatulloh yang berlaku secara universal, absolut, abadi, objektif, eksperimental bagi seluruh makhluk dan ummah manusia, bukan eksklusif bagi umat Islam, tapi bersifat ‘rahmatan lilalamin’. Sabar berlaku bagi siapapun dan apapun juga, baik alam hewani dan nabati. Karena itu tumbuh-tumbuhan membutuhkan proses. Semua makhluk tunduk pada hukum ciptaan-Nya
BACA JUGA: Rikard Bagun: Sosialisasi Nilai-Nilai Pancasila Harus Dinarasikan Secara Terus Menerus
Dikaitkan dengan Covid-19, Prof. Yudian mengatakan bahwa peristiwa Covid-19 tidak berarti bahwa Tuhan membenci dan meninggalkan bangsa Indonesia, apalagi membenci para pemimpin negara dan pemerintahan. Karena merujuk surat Adduha, yang berbunyi ‘Walall Akhirotu Khoirun Laka Minal Ula’. “Masa depan lebih baik daripada sekarang,” Allah SWT menjanjikan ‘akhirat’ lebih baik daripada ‘sekarang’, maka keadaan di masa depan akan lebih baik setelah Covid-19 dan Indonesia akan menjadi bangsa besar di masa depan.
Namun demikian, untuk mencapai masa depan yang lebih baik tersebut perlu persiapan, misalnya dengan membangun infra struktur ekonomi. Prof. Yudian melihat bahwa Pemerintah telah melakukan usaha-usaha ke arah itu. Bahwa terdapat kekurangan dan berbagai kritik dari beberapa kalangan dapat dimaklumi mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa besar dan heterogen.
Dalam konteks Covid-19 pula, Prof. Yudian menyampaikan usaha-usaha konkret yang dilakukan BPIP dalam menangani Copid-19, baik secara individu maupun kelembagaan secara bergotong royong.
Secara individu, para pegawai BPIP sudah bergerak menyisihkan gajinya untuk disumbangkan. Secara kelembagaan, BPIP bersama MPR telah bergotong royong menginisaisi kegiatan penggalangan dana melalui kitabisa.com dan Telkomsel. Dalam waktu dekat, bersama MPR dan sejumlah Kementerian/Lembaga lainnya serta TVRI juga akan menyelenggarakan konser amal pada 17 Mei 2020 untuk menggalang dana bantuan guna melawan Copid-19.
Menutup paparannya, Prof Yudian menekankan sekali lagi bahwa untuk keluar dari kesulitan yang dibutuhkan bukan sekedar kata-kata namun harus diikuti upaya yang sungguh-sungguh dan doa kepada Allah SWT memohon untuk membawa bangsa Indonesia kepada keadaan yang lebih baik setelah Copid-19.
TAG#BPIP, #YUDI, #Kepala BPIP: Masa Depan Akan Lebih Baik Dari Sekarang
188599546
KOMENTAR