Lucky Hakim The Nex Bupati Indramayu?
Oleh : H. Adlan Daie
Analis politik elektoral dan sosial keagamaan
JAKARTA, INAKORAN
Lucky Hakim adalah "Man Of Contradiction", mengutip judul buku Ben Bland, seorang penulis buku tentang problem kontradiksi Jokowi.
Kontradiksi Lucki Hakim satu sisi ia "Political Powerless", yakni figur politik yang tidak memiliki power politik besar secara formalistik kecuali sebagai ketua partai Nasdem Indramayu, sebuah partai "medioker" dalam spektrum peta politik di Indramayu.
Di sisi lain "bocoran" data survey periode Oktober 2023 dan periode 4 Pebruari 2024 justru Lucky Hakim sangat kuat secara elektoral. Data survey di atas nyaris "mutlak" mengunggulkan Lucky Hakim kandidat kuat "the next" bupati Indramayu dalam kontestasi pilkada 2024.
Dalam tinjauan rejim politik elektoral Lucky Hakim memiliki faktor determinasi politik pada aspek "good looking" dan piawai memposisikan diri sebagai tokoh politik "hati yang kau sakiti" (soundtrack lagu Rossa yang diputar dalam sinetron "Azab" ala TV Indosiar dan kerap dibintangi Lucky Hakim.
Faktor determinasi politik di atas itulah daya tarik Lucky Hakim bagi mayoritas pemilih di indramayu mewakili kesamaan umum di Indonesia di mana "motive" pilihan politik mereka lebih "disetir" faktor "kesukaan" dibanding mencermati aspek kemampuan, intelektualitas dan kapasitas kepemimpinan.
Di titik inilah faktor effect "good looking", pesona politik Lucky Hakim sulit disaingi tokoh tokoh politik lain yang berpeluang maju dalam pilkada 2024. Makin dikucilkan justru ia makin kuat pesonanya, makin ditekan justru ia menikmatinya.
Itulah "hukum besi" rejim elektoral Pilkada lebih bertumpu pada sosok personal calon. Faktor "good looking", yakni faktor pesona kesukaan pada calon melampaui kesukaan pada partai atau koalisi partai pengusungnya.
Tapi betapa pun kuatnya "pesona" dan trend elektoral Lucky Hakim dalam beragam survey dan polling politik di media sosial tentu penting diberi "catatan kaki".
Hasil survey apapun bersifat "photoshoot", sebuah gambaran saat survey dilakukan bukan potret otomatis akan menggambarkan hasil pilkada. Dinamika pemilih "swing" dan "undercided" bisa mempengaruhi perpindahan pilihan politik.
Dalam konteks ini pilihan koalisi partai pengusung dan pilihan atas figur "wakil" akan berimplikasi bagi Lucky Hakim apakah bisa merawat trend elektoralnya yang tinggi atau justru "menyusut" meskipun dalam dinamika normal tidak akan "terjun bebas".
Sebaliknya kandidat bupati lain, bahkan Nina Agustina bupati "incumbent" harus menghadapi pesona elektoral politik Lucky Hakim tidak memadai dengan jurus "marah marah" pada jajaran birokrasi atau mendesain praktek politik "gentong babi", bansos dll.
Lucky Hakim hanya potensial dicegah peluang nya jika dikunci tidak bisa "nyalon", atau dihadang dengan koalisi "jumbo" mengusung tokoh "besar" atau di "down grade": citra dan pesona "good looking"nya berbasis riset issu secara massif dan sistematis.
Lalu seberapa "power full" pengaruh "politik uang" dalam kontestasi pilkada, mari tunggu analisis edisi berikutnya.
Wassalam.
TAG#ADLAN
181047256
KOMENTAR