Mayoritas Petani Toba Samosir Gunakan Kompos Organik

Inakoran

Monday, 19-03-2018 | 23:49 pm

MDN
Petani Jagung di Kabupaten Toba Samosir Panen Raya

Tobasa, Inako –



Demi meningkatkan produksi pertanian di sawah dan ladang, mayoritas petani yang tergabung dalam kelompok Tani Parmalim, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara menjadikan kompos organik sebagai pilihan utama, karena proses pengolahannya dianggap mudah dan murah.

"Sebanyak 30 ton pupuk organik padat (kompos) berhasil kami olah secara manual menggantikan fungsi pupuk kimia untuk dimanfaatkan anggota kelompok tani Parmalim", kata Pimpinan Parmalim Ihutan Monang Naipospos di Siraituruk, Porsea, Toba Samosir, Minggu (18/3/2018).

Pupuk, kata dia, sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi pertanian. Penggunaan pupuk kimia (pupuk buatan) secara terus menerus, dinilai dapat merusak struktur dan tekstur tanah serta mengakibatkan produksi pertanian menurun sehingga berpotensi merugikan petani.

Kelompok tani Parmalim, ingin kembali menerapkan pola pertanian para pendahulu sebagai bentuk kearifan lokal, karena penggunaan pupuk organik dianggap cukup berguna dalam memperbaiki tekstur tanah serta ramah lingkungan.

Memang, pupuk organik banyak beredar di pasaran sebagai pengganti pupuk kimia sintetik (pupuk buatan), tetapi harganya relatif tinggi.

Sejak dulu, pupuk organik telah digunakan para petani. Namun, karena penggunaan pupuk kimia jauh lebih praktis, petani cenderung memilihnya dalam budidaya tanaman mereka.

"Pembuatan 30 ton kompos organik ini kami bangun dengan kebersamaan dan semangat gotong royong tanpa mengharapkan dukungan dana dari APBD pemerintah daerah", ujat Monang.

Motivator tani organik, Erwin Landy yang berperan dalam pembuatan kompos itu menyebutkan, anggota kelompok tani Parmalim dengan semangat tinggi mengumpulkan berbagai bahan dari limbah organik untuk mereka olah menjadi kompos.

Bahan-bahan yang terkumpul di antaranya, pupuk kandang, eceng gondok, sipaet-paet, ganefo/gambang-gambang, kulit kopi, kulit durian, jerami, kulit coklat, arang sekam padi, dedak, serbuk kayu, daun bambu, batang pisang serta daun lamtoro.

Hampir sebulan sebelum hari pencampuran untuk diolah menjadi kompos, masing-masing rumah tangga Parmalim sudah mengumpulkan sampah organik sebanyak lima karung per rumah tangga.

 

 

KOMENTAR