MENTAWAI SAMUDRA DUNIA
Begitu sulit keadaan Bumi kita dalam abad terakhir, sehingga semua pihak berupaya mencari jalan keluar perbaikan. Hal yang paling dihindari sekarang ini adalah pemanasan global dengan risiko bawaan perubahan iklim. Hal itu terkait secara rumit dengan pelaksana industri, terutama di negara-negara maju sebagai produsen utama gas-gas rumah kaca; hutan di negara-negara berkembang, sebagai penghasil oksigen, termasuk Kepulauan Mentawai dan Laut serta Samudera sebagai penyerap utama gas-gas rumah kaca. Untuk mengatasi Perubahan Iklim dan Pembangunan Terlanjutkan (Sustainable Development, 1987 dalam Our Common Future) diperlukan kerjasama.
Terlanjutkan dan keterlanjutan, sekarang ini menjadi kata atau frasa yang paling sering digunakan hingga sering sekali menjadi bias makna dan kepentingan. Semua orang ingin mencantumkan kata terlanjutkan dalam berbagai produk, program dan institusinya, walau sering juga kegiatannya bertentangan dengan makna keterlanjutan yang sebenarnya.
Kepulauan Mentawai sebagai salah satu Kabupaten Indonesia di bagian paling barat dan berada di Samudera Hindia, memiliki hutan yang untuk beberapa spesies adalah endemic menjadi hal penting dalam melihat Indonesia dan dunia masa depan. Saatnya Mentawai dilihat dengan cara baru sebagai kepulauan yang dapat menjadi model dalam pembangunan yang dapat memberi sumbangsih bagi pembangunan dunia.
Seperti kita ketahui bersama bahwa permukaan planit kita ini sekitar 71% ditutupi oleh air, laut dan Samudera. Volume laut dan samudera diperkirakan sekitar 95,5% dari total 1,338,000,000 km (321,000,000 mi3) volume air. Dari Volume air yang sangat besar dan menutupi 71% permukaan Bumi itu, dapat kita bayangkan betapa laut dan Samudera ada di belakang semua siklus air di muka Bumi kita yang menghasilkan air tawar di Kutub Utara dan Selatan, daratan dan bawah tanah. Air adalah awal dari semua kehidupan dan peradaban. Sebagai pembentuk dan pemelihara kehidupan.
Sebelum kita melihat lebih jauh apa arti Samudera buat masyarakat dan dunia di masa mendatang, ada baiknya kita melihat sepintas tentang penemuan Samudera dalam perkembangan Eropa sejak dari abad ke-14. Bagaimana Ekspedisi atau Pengembaraan para pionir Eropa yang sudah jenuh di akhir abad pertengahan, menemukan jalur sutra dan rempah. Membuat penguasaan laut menjadi penanda, keperkasaan menaklukkan Dunia.
Menjelang 2030 dan 2045
Secara singkat dapat kita lihat, kesungguhan Dunia melalui PBB tentang masalah laut ketika masalah ini diangkat dalam Deklarasi dan Aksi yang disepakati pada Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (UN Conference on Human Environment), Stockholm , 5 - 16 Juni 1972. “Principle 7 States shall take all possible steps to prevent pollution of the seas by substances that are liable to create hazards to human health, to harm living resources and marine life, to damage amenities or to interfere with other legitimate uses of the sea.”
Ada berbagai cara lebih jauh melihat, betapa pentingnya Laut dan Samudera untuk seluruh Kehidupan dan Peradaban. Melihat Bumi sebagai satu kesatuan lingkungan hidup, dimana terdapat Biosfir dalam lapisan Atmosfir, Hidrosfir dan litosfir. Untuk keperluan diskusi kita, Mentawai sebagai Kabupaten kepuluan dan Indonesia sebagai Negara kepulauan, penting melihat kemampuan kita meliahat masa depan sebagai masa depan laut dan samudera menambah pengetahuan kita berabad tentang lingkungan darat (ladang, sawah dan hutan)
Laut Mentawai
Kepulauan Mentawai adalah wilayah terakhir yang dikuasai oleh Belanda yang kemudian menentukan batas-batas wilayah jajahan Hindia Belanda, pada tahun 1905. Peta yang dibuat oleh Tentara Belanda pada 1910 itulah yang digunakan menjadi Peta Indonesia Merdeka pada 1945. Dengan demikian peran Mentawai sebagai pulau terluar yang dapat ditaklukkan menjadi penentu terakhir batas barat Kepulauan Indonesia, peran Kementawai-Indonesiaan itu penting kita catat sebagai bagian dari pemahaman masa lalu untuk menentukan masa depan Indonesia dan Dunia. Kementawai-Indonesiaan itu juga dalam waktu terakhir ini menjadi bagian penting dari garis pantai Indonesia yang menjadi bagian dari garis pantai Samudera Hindia.
Gambar lebih dari tujuh puluh pulau besar dan kecil dan kecil, beberapa Selat, laut dangkal dan dalam yang membentuk Kabupaten Kepulauan Mentawai, Potensi yang belum terjamah. Mulai dengan perbaikan pendidikan umum hingga khusus. Perbaikan sistem pendidikan yang terintegrasi dengan Sistem pendidikan nasional kita, namun perlu memberi pendidikan khusus untuk memelihara kepulauan dari aspek kelautan, kehutanan terkait dengan pendekatan terkait (nexus) air, pangan dan energi. Pendekatan terkait (nexux) inilah yang harus juga dipahami oleh Masyarakat dan Pemerintah Daerah agar Mentawai menjadi model Pembangunan Terlanjutkan dan dapat menginspirasi Dunia untuk hal yang sama. Pendidikan yang dapat mengatasi persoalan kini dan masa depan.
Mari kita masuk, turut menceburkan diri dalam agenda dunia yang ingin terus maju tetapi tidak hancur atau rusak karena kemajuan itu sendiri. Dari MDGs manjadi SDGs sekarang PBB membuat Agenda 2015 – 2030, Tujuan dan Target Pembangunan Terlanjutkan. Dari 17 tujuan dengan 169 target, memberi banyak kesempatan kepada Mentawai untuk berbenah mempersiapkan diri memasuki Masa Depan Dunia yang pasti akan rumit dan sulit.
Mari kita melatih, mendidik dan mengembangkan diri untuk pembangunan Mentawai. Mentawai maju dan terlanjutkan atau dengan kata lain, kita tetap bisa menjadi tuan di kepulauan yang Tuhan ciptakan dengan manusia dan seluruh kekayaan ekologisnya, tanpa kerusakan yang membuat anak-anak atau generasi Mentawai mendatang masih tetap dapat menikmati dan hidup di atas Kepulauan ini.
Jakarta 20 Juli 2018
Oleh : Jalius Salebbay
Mahasiswa Pasca Sarjana
TAG#Mentawai
184857317
KOMENTAR