Model Pendidikan pada Kenormalan Baru Semestinya Berubah

Hila Bame

Thursday, 25-06-2020 | 12:49 pm

MDN

 

Jakarta, Inako

 

Lembaga Penelitian dari Pusat Studi Kemanusian dan Pembangunan (PSKP) pada Rabu 17 Juni 2020 menyelenggarakan Webinar Series #3, dengan narasumber Retno Listyarti, Komisioner dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ahmad Rizali, Ketua Bidang Pendidikan Nahdlatul Ulama (NU) Circle, Agus Mulyana, Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam acara webinar berjudul “Pelaksanaan Pendidikan di Era New Normal.”

Pendidikan tetap akan dibuka pada minggu ketiga di bulan Juli, meski dalam situasi Pandemi Covid-19. Dalam upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk membuka sektor pendidikan, masih terjadi perbincangan hangat di kalangan pendidik  dan juga lembaga pengawas KPAI.

Retno Listyarti, mengatakan bahwa “Membuka sekolah adalah hal paling akhir. Kami menyarankan untuk dilakukan test PCR kepada seluruh pendidik, sedangkan untuk para murid dilakukan berupa sampel bersifat random.”

Jadi, jika saja dalam tes dihasilkan bahwa 1000 orang hasil tesnya bersifat negatif, keseluruhan, maka dinyatakan  sekolah telah siap untuk dibuka.

Setelah langkah itu, berikutnya adalah, pengecekannya fasilitas infrastruktur sekolah, apakah sudah memadai.

Lainnya adalah metode belajarnya, sebab rencananya bahwa Guru melayani siswa dengan kelas dilakukan pembagian, dan adanya pelayanan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), jika orang tua siswa masih belum berkenaan anaknya untuk bersekolah.

Situasi seperti itu tentu pertanyaannya adalah bagaimana bicara kualitas, sedangkan beban kerja Guru saja sudah lumayan besar, ini yang juga semestinya dipikirkan.

Sedangkan, menurut Agus Mulyana Dekan Fakultas Pendidikan IPS di UPI, Bandung, bahwa “Kenormalan baru adalah sebuah tantangan dan peluang.

Ini harus benar-benar dipahami akan situasi beradaptasi atas pandemi covid-19.” Kenormalan baru ini adalah bukan kondisi yang bebas dari pandemi covid-19. Sehingga, apa yang harus dilakukan, tentu saja melakukan adaptasi untuk lingkungan fisik dan budaya.

Maksudnya, bahwa Sekolah harus memperhatikan dan membenahi terkait sarana dan prasarana secara fisik. Selanjutnya adalah adaptasi sosial budaya terhadap pengalaman tiga bulan menghadapi covid-19 menjadi sebuah kebiasaan hidup.

Sementara menurut Ahmad Rizali bahwa, ada peluang untuk memperbarui model pendidikan  bahwa,Pendidikan Pasca Covid-19 adalah pendidikan yang  mendorong sekolah mampu mendidik murid menguasai nalar Kritis dan Kreatif dan sikap Kolaboratif serta cara Komunikasi yang efektif dengan mengubah.

Misalnya, jika sebelum covid-19 metode pelajaran tatap muka bahwa pembelajaran sekolah yang lebih mengedepankan berpikir cepat, tidak fleksibel dan dimensi tunggal, sedangkan pasca covid-19 semestinya terjadi perubahan seperti menjadi berfikir tanpa batas, fleksibel dan dimensi jamak.

 

” Apa yang diungkapkan oleh Ahmad Razali juga dijelaskan lebih lanjut oleh Agus Mulyana bahwa situasi covid-19 ini, semestinya membawa dampak pada perubahan pelajaran dari ekspository learning ke inqury learning.

Yang dimaksud dengan ekspository bahwa keberadaan guru sangat dominan, tetapi sekarang siswa dituntut mencari materi dan pelajaran ini yang dimaksud bersifat dari inqury.” Sehingga demikian, membuka sektor pendidikan bukan sekadar membuka tetapi juga memperbaiki kualitas pendidikan, mempersiapkan situasi kenormalan baru, dan beradaptasi terhadap situasi pandemi covid-19 dengan protokol kesehatan.

   

 

KOMENTAR