Peluang Saham Perkebunan di Musim Hujan: Selasa, 19 November 2024
Jakarta, Inakoran
Musim hujan yang kerap diwarnai fenomena La Nina membawa peluang baru bagi sektor perkebunan, khususnya minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO). Tingginya curah hujan diperkirakan akan memengaruhi produksi dan permintaan, yang pada gilirannya berdampak positif terhadap saham-saham emiten di sektor ini.
Fenomena La Nina yang diperkirakan berlangsung hingga Maret 2025 membawa hujan lebat ke 67% wilayah Indonesia, termasuk area perkebunan. Hal ini menjadi faktor yang memengaruhi produksi CPO.
Analis MNC Sekuritas, Raka Junico W. mengatakan bahwa produksi CPO diperkirakan tetap stagnan di tengah permintaan domestik yang terus meningkat. Hingga Juli 2024, produksi CPO tercatat turun 4,8% secara tahunan (yoy) menjadi 31,5 juta ton dari 33,1 juta ton. Penurunan ini juga terjadi pada produksi minyak kernel (Palm Kernel Oil/PKO) sebesar 5,2% yoy menjadi 3 juta ton.
Meski volume ekspor menurun sekitar 10,1% yoy menjadi 2,5 juta ton (terendah tahun ini), konsumsi domestik justru tetap solid. Konsumsi minyak sawit domestik naik 2,4% yoy menjadi 15,6 juta ton, didorong oleh peningkatan penggunaan biodiesel sebesar 10,6% yoy.
Salah satu pendorong utama permintaan CPO adalah kebijakan pemerintah terkait Biodiesel B40. Pemerintah berencana menerapkan mandat ini pada awal 2025. Dengan kebijakan tersebut, kebutuhan CPO untuk biodiesel diproyeksikan meningkat hingga 1,6–2,4 juta kiloliter, sehingga total kebutuhan mencapai 15,8 juta kiloliter.
BACA JUGA:
Saatnya Investor Serok Saham BRI dan Bank Mandiri
Rekomendasi dan Arah Pergerakan IHSG: Senin, 18 November 2024
Harga Bitcoin Diprediksi Tembus USD 100.000 Akhir Tahun
Selain itu, Peraturan Menteri Perdagangan No.26/2024 yang memperpanjang aturan Domestic Market Obligation (DMO) turut mendukung permintaan. Kebijakan ini memastikan pasokan minyak sawit, termasuk produk turunan seperti Palm Oil Mill Effluent (POME), tetap tersedia untuk program MinyaKita dan Biodiesel B40.
Walau ekspor ke India diperkirakan menurun hingga 19% pada 2023, analis menilai dampaknya tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh konsumsi domestik yang kuat dan potensi peningkatan ekspor ke negara lain.
Ekspor CPO ke China dan Amerika Serikat menunjukkan prospek cerah, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) masing-masing 5,2% dan 12,1% pada periode 2018–2023. Potensi ini menjadi angin segar bagi emiten perkebunan yang memiliki diversifikasi pasar internasional.
Harga CPO telah melonjak 35% sejak awal tahun (year-to-date/ytd), dengan rata-rata harga penjualan (average selling price/ASP) naik 10% yoy hingga September 2024. Kombinasi harga bahan baku yang lebih rendah, terutama pupuk, mendukung peningkatan laba bersih agregat emiten perkebunan hingga 46,5% yoy, dengan margin laba bersih naik menjadi 10,7% yoy.
BMKG memproyeksikan curah hujan tinggi akan terus menopang harga CPO hingga 2025, dengan estimasi harga berada di kisaran 4.700–5.700 ringgit per metrik ton.
MNC Sekuritas memberikan rekomendasi overweight untuk saham-saham sektor perkebunan. Dua saham unggulan yang disarankan adalah: pertama, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dengan harga: Rp1.400. Emiten ini memiliki efisiensi tinggi dalam produksi dan diversifikasi produk sawit. Kedua, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) dengan Target harga: Rp1.000.
Disclaimer:
Perlu diingat bahwa investasi di pasar saham selalu melibatkan risiko. Oleh karena itu, selalu lakukan penelitian Anda sendiri dan konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum membuat keputusan investasi.
KOMENTAR