Pemerintah Didesak Genjot Ekspor dan Perbaiki Rasio Utang

Inakoran

Tuesday, 13-02-2018 | 07:33 am

MDN
Aktivitas ekspor-impor di pelabuhan [ist]

Jakarta, Inako



Pemerintah harus bisa mendongkrak kinerja ekspor barang dan jasa agar rasio utang luar negeri terhadap pos penerimaan transaksi berjalan atau current account receipts bisa berkurang. Peningkatan ekspor juga bisa menurunkan rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang saat ini sebesar 34%.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini rasio utang luar negeri Indonesia terhadap pos penerimaan transaksi berjalan mencapai 170%.

"Kita perlu mendorong ekspor dan mendorong investasi yang orientasi ekspor supaya rasio utang luar negeri terhadap penerimaan ekpor barang dan jasa menjadi lebih baik," kata Mirza, pekan lalu.

Rasio utang RI terhadap penerimaan transaksi berjalan memang cukup tinggi. Mirza mengatakan, Thailand memiliki pendapatan ekspor yang besar, sehingga rasio utang terhadap pos penerimaan transaksi berjalan di bawah 100%. Hanya saja saat ini rasio utang Thailand terhadap PDB lebih tinggi sebesar 44%.

Tingginya rasio utang terhadap penerimaan berjalan, menurut Direktur Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengambarkan, kondisi kemampuan pembayaran utang Indonesia mengkhawatirkan.

Kekhawatiran itu menurutnya disebabkan beberapa faktor. Pertama, ekspor barang jasa lebih kecil daripada utang. Kalau dibandingkan ekspor barang dan jasa 170%. Artinya, kemampuan bayar utang dari ekspor barang jasa lebih besar pasak daripada tiang. "Mesti digenjot penerimaan dari ekspor supaya bisa di bawah 100% untuk bisa mengejar pengembalian utang," kata Faisal, di Jakarta, Minggu (11/2/2018).

Kedua, porsi utang luar negeri (ULN) yang cukup besar. Menurut Faisal walau negara lain banyak yang rasio utang terhadap PDB lebih dari 100%, seperti Jepang, namun mayoritas adalah utang dalam negeri. Berbeda dengan Indonesia yang dari luar negeri.

Ketiga, pertumbuhan ULN yang makin cepat. Hal ini turut didorong oleh penerbitan Komodo Bonds oleh korporasi untuk pembangunan infrastruktur. Makin lama makin besar. Hal ini yang kami khawatirkan karena ekspor barang dan jasa kita jauh di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, jelasnya.

KOMENTAR