Pengamat Nilai Inkonsisten Kebijakan Energi Berdampak pada Pelemahan Rupiah   

Sifi Masdi

Thursday, 11-10-2018 | 08:54 am

MDN
Gedung Pertamina [ist]
“Pengamat menilai ketidakonsistenan pemerintah dalam membuat kebijakan di bidang energi berdampak pada pelemahan rupiah.” 

 

Jakarta, Inako

Ekonom Instute For Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi nilai tukar rupiah bakal melemah akibat inkonsistensi kebijakan energi pemerintah terkait pembatalan kenaikan harga bahan bakar minyak jenis premium.

"Kebijakan tidak konsisten pemerintah itu bakal mengantar rupiah melemah ke level Rp 15.240-15.270," kata Bhima kepada media, Rabu (10/10/2018).

Menurut Bhima, selain di pasar keuangan, investor yang ingin masuk ke sektor minyak dan gas bakal menahan diri. Dia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan anjlok ke level 5.800, setelah ditutup pada level 5.820,668.

Sementara, para investor asing kemungkinan juga akan memasang posisi jual dan posisi tahan. Sementara calon investor yang asalnya berniat masuk ke Indonesia diperkirakan akan pindah ke pasar lain. "Ini dalam seminggu net sales asing nya sudah keluar 4,2 triliun dri pasar saham," kata dia.

Pada mulanya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM, Ignasius Jonan mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM Premium menjadi Rp 7.000 per liter mulai hari ini, Rabu (10/10/2018). Kenaikan harga ini, kata Jonan, akan berlaku di wilayah Jawa, Madura dan Bali.

Pemerintah memutuskan menunda kenaikan harga premium yang sebelumnya direncanakan Rp 7.000 per liter mulai hari ini, Rabu (10/10/2018). Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan Pertamina belum siap menaikkan Premium lantaran pada hari ini telah mengumumkan kenaikan harga untuk Pertamax series dan Pertadex series.

 

Baca juga :

 

 

 

KOMENTAR