Perantau Asal NTT di Bogor Raya Menggelar Festival Budaya eNTeTe di Alun-Alun Kota Bogor

Binsar

Monday, 20-11-2023 | 09:46 am

MDN
Tokoh dan sesepuh NTT saat acara Festival Budaya eNTeTe di Alun-Alun Kota Bogor, Sabtu (18/11) [Inakoran]

 

Ribuan perantau asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tinggal di Bogor Raya menggelar Festival Budaya eNTeTe di Alun-Alun Kota Bogor, Sabtu (18/11). Acara yang mengangkat tema “Bermakna di Tanah Rantau Untuk Indonesiaku” itu, diinisiasi oleh Forum Pemuda NTT (FP NTT) Bogor Raya.

 

 

Ketua Forum Pemuda Nusa Tenggara Timur (FP NTT) Pusat, Johanes Hiba Ndale menjelaskan, acara itu diselenggarakan dalam rangka mengenalkan kekayaan seni budaya dan wisata NTT sekaligus sebagai ajang melepas rindu pada tanah kelahiran dan persatuan warga NTT di tanah rantau.

“Kegiatan ini menjadi kampanye kita mempromosikan budaya dan wisata. Makanya kita tampilkan tarian, musik, kuliner dan nyanyian dari NTT. Di samping sebagai ajang melepas rindu para warga NTT di tanah rantau. Jadi, saya mengajak semua teman-teman yang ada di Bogor Raya yang suka berwisata boleh datang ke NTT seperti ke Labuan Bajo yang sudah menjadi standar internasional. Kalau mau berwisata semuanya lengkap mulai dari wisata laut, gunung, semuanya ada di NTT,” paparnya.

 

 

Dalam acara tersebut juga dilaksanakan pembentukan atau pengukuhan DPD FP NTT Bogor Raya. Menurut Ndale, Forum Pemuda NTT sudah ada di hampir 15 provinsi, dan salah satunya adalah DPD FP NTT yang ada di Bogor.

Dalam festival tersebut ditampilkan sejumlah seni budaya NTT dari berbagai sanggar yang ada di Bogor Raya, seperti Sanggar Cendana Wangi, Gong Rote, Kebalai (Rote Ndao), Jaii (Ngada/Nagekeo), Caci (Manggarai), Lego-lego (Alor), Kataga (Sumba), Sanggar Komunitas Beta. 

 

 

Festival Budaya yang terbuka untuk umum ini, juga dimeriahkan oleh sederetan musisi terkenal asal NTT, seperti Ivan Nestorman, Berto Pah, Gaspar Araja, Yunilia Edon, Anita Ngefak Manafe, dan Apry Johannis Messah.

Selain tari dan musik, acara itu juga dimeriahkan dengan fashion show kain tenun NTT karya desainer Adinda Moeda, hingga suguhan kuliner NTT, cenderamata, aksesoris NTT, dan atraksi lintas budaya berupa penampilan musik angklung, jaipongan, dan barongsai.

Acara ini dihadiri sejumlah tokoh asal NTT, salah satunya Benjamin Mbooh. Pria yang akrab dipanggil Ben itu menuturkan bahwa saat ini pembauran sudah terjadi multi etnis di Indonesia, terutama adanya perantauan yang tinggal dan hidup di wilayah Jabodetabek termasuk di Bogor Raya.

“Wilayah timur Indonesia, menyimpan segudang pesona untuk menjadi salah satu daya tarik yang perlu diketahui secara luas. Sehingga lewat acara ini memberikan satu wawasan bagi masyarakat yang tinggal di Bogor dan sekitarnya untuk bisa mengenal semua suku, budaya, seni dan potensi wisata yang ada di Indonesia, sehingga rasa persaudaraan semakin erat,” katanya.

Selain sejumlah sesepuh asal NTT, acara ini juga dihadiri Komandan Pangkalan Udara Atang Sendjaja (Danlanud Ats), Marsekal Pertama TNI (Marsma) M Taufiq Arasj.

Ia mengapresiasi FP NTT yang menjadi inisiator penyelenggaraan Festival Budaya eNTeTe di Alun-Alun Kota Bogor, sebagai ajang untuk melestarikan nilai budaya daerah, di tanah rantau. 

 

 

Ia berharap para perantau NTT harus bisa mengubah budaya dan kesenian itu menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, sehingga berdampak untuk mensejahterakan masyarakat khususnya saudara-saudara dari NTT di mana pun mereka berada.

“Ini menandakan bahwa di mana pun kita berada harus bisa eksis untuk melestarikan nilai budaya. Tapi satu hal yang perlu saya garis bawahi bahwa budaya dan kesenian yang ada bukan hanya sekedar untuk disaksikan, bukan hanya sekedar untuk dilestarikan dan bukan hanya sekedar untuk kita dengarkan, tapi kita harus mampu mengubah budaya dan kesenian itu menjadi suatu nilai ekonomi, sehingga berdampak untuk mensejahterakan masyarakat khususnya saudara-saudara kita dari NTT di mana pun mereka berada,” pesan Taufiq.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Budaya eNTeTe, Orianto Ndu menjelaskan bahwa jumlah perantau dari NTT yang berada di Bogor, saat ini mencapai 10.000 orang. Menurut dia, jumlah itu menjadi kekuatan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam melakukan berbagai aktivitas untuk kesejahteraan masyarakat. 

Senada dengan Ndou, tokoh muda NTT, Barley Mau, mengungkapkan bahwa kesetiaan dan loyalitas yang menjadi kearifan lokal masyarakat yang berada di timur Indonesia, menjadi modal yang baik dalam menjalani hidup yang harmonis dengan masyarakat lain yang hidup di Tatar Pasundan. 

 

 

“Masyarakat Timur Indonesia khususnya yang berada di NTT saat ini menjadi perantauan di Bogor dan sekitarnya, sehingga mereka pun siap mengkhususkan berbagai program pemerintah daerah agar bisa hidup berdampingan dengan masyarakat yang ada di Tatar Pasundan dengan saling menghormati dan menghargai,” tegasnya.

Acara ini ditutup dengan tarian massal berupa Ja’i dan Gemu Fa Mi Re yang saat ini telah dikenal luas di seluruh wilayah Indonesia.

KOMENTAR