Presiden Baru Taiwan Berkomitmen Melanjutklan Kebijakan Pendahulunya, Meski Dikecam Tiongkok

Binsar

Monday, 20-05-2024 | 10:21 am

MDN
Wakil Presiden Taiwan Lai Ching-te, yang memimpin Partai Progresif Demokratik yang berkuasa, mengacungkan tinjunya setelah memenangkan pemilihan presiden di Taipei pada 13 Januari 2024 [ist]

Jakarta, Inakoran

 

Presiden terpilih Taiwan Lai Ching-te mengambil sumpah jabatan pada hari Senin.  Pemimpin baru tersebut diperkirakan akan berusaha mempertahankan status quo dalam hubungan lintas selat di tengah meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok daratan. Tiongkok menilai dia adalah sosok pendukung kemerdekaan Taiwan.

Melansir KyodoNews, Lai, pemimpin Partai Progresif Demokratik yang berkuasa dan berhaluan kemerdekaan, berjanji untuk tetap berkomitmen terhadap kebijakan luar negeri dan pertahanan pendahulunya, Tsai Ing-wen.  Ia berkomitmen untuk memperkuat hubungan pulau itu dengan Amerika Serikat dan sekutunya serta meningkatkan kemampuan pertahanan mereka. 

 

 

Pria berusia 64 tahun itu meminta Beijing, yang menghindari pembicaraan dengan pemerintah DPP sejak Tsai menjabat pada tahun 2016, untuk mengupayakan perdamaian demi kepentingan kedua sisi Selat Taiwan.

Lai mengalahkan dua pesaingnya dari partai oposisi dalam pemilu yang diawasi ketat pada bulan Januari, mengamankan masa jabatan empat tahun ketiga berturut-turut untuk DPP untuk pertama kalinya sejak Taiwan memperkenalkan pemilihan kepemimpinan langsung pada tahun 1996.

Pulau ini tidak diakui secara resmi oleh sebagian besar negara dan tidak dapat berpartisipasi dalam pertemuan PBB dan badan-badannya. Jumlah sekutu diplomatik Taiwan telah berkurang menjadi 12 di tengah tekanan Tiongkok terhadap negara-negara tersebut untuk memutuskan hubungan dengan wilayah tersebut. 

 

 

Tiongkok dan Taiwan berpisah setelah perang saudara pada tahun 1949. Beijing ingin menguasai pulau itu, jika perlu dengan kekerasan.

Presiden Taiwan dapat menjabat hingga dua kali masa jabatan, masing-masing empat tahun. Lai, yang merupakan perdana menteri Taiwan dari tahun 2017 hingga 2019, gagal menantang Tsai dalam pemilihan pendahuluan presiden DPP tahun 2019 dan menjabat sebagai wakil presiden pada masa jabatan keduanya.

KOMENTAR