Presiden Soekarno Menjadi Penjual Kain di Ende, Ini Kisahnya
Jakarta, Inako
Belanda mengasingkan Presiden pertama Republik Indonesia (RI) Ir Soekarno di Kota Ende, Kabupaten Ende, NTT sejak tahun 1934-1938.
Di kota itu, ia menetap di rumah sederhana yang terletak di jalan Perwira, Kelurahan Kotaraja, Ende Utara.
Salah satu peristiwa bersejarah yang selalu dikenang selama pengasingan Soekarno di Kota Ende, yakni dirumuskannya Pancasila yang kemudian menjadi dasar negara RI.
Baca juga: Prabowo Dinilai Sangat Ingin Berkoalisi dengan PDIP
Selain peristiwa bersejarah tersebut, Soekarno atau biasa disapa Bung Karno memiliki kisah lain yang jarang diketahui orang selama menjalani masa pembuangan di kota yang terletak di Pulau Flores itu.
Soekarno ternyata menjadi penjual kain selama pembuangan. Hal itu dilakukan Bung Karno lantaran dirinya hanya mendapatkan tunjangan tidak lebih dari 10 dolar per minggu dari Belanda.
Saat itu, Bung Karno bekerja sama dengan seorang pengusaha tekstil asal Bandung bernama Tan Tjoei Gin.
Dia bahkan berkeliling dari rumah ke rumah untuk mempromosikan kain yang dijualnya.
Kain yang dijual Soekarno laris. Selain karena harganya mudah dijangkau oleh masyarakat setempat, kain-kain tersebut memiliki kualitas yang sangat baik.
Setelah ada yang memesan, Bung Karno mengirimkan uangnya via pos wesel ke toko itu. Beberapa hari setelahnya, kain pesanan pun datang.
Bung Karno mendapatkan komisi sekitar 10 persen dari setiap barang yang dijualnya itu.
Baca juga: Kemenangan Pemilu, Antara Kerja Keras Mesin Partai Versus Fantasi Netizen di Dunia Maya
Tulisan tangan Bung Karno saat bersurat dengan Tan tertanggal 5 Mei 1936 dimuat di Koran Sipatahoenan pada 12 Juni 1936.
Dalam surat itu, Bung Karno memuji kain yang diproduksi Tan. Berikut bunyi surat Bung Karno.
"Toean poenja kain-kain wol memang djempol. Doeloe, waktoe masih ada di Bandoeng, semoea saja poenja keperloean pakaian saja selaloe ambil dari dari toean poenja toko. Dan sekarang di Endeh, walaupoen boeat saja sendiri saja tidak bisa beli apa-apa, maka toch boeat saja poenja sobat-sobat orang Endeh jang ingin berpakaian bagoes, saja tolong pesankan bakal-bakal pakaian kepada toean poenja toko djoega. Dan saban kain-kain datang, mereka selaloe berkata dengan gembira: "pawe he, toea, pawe! " Artinya: "Bagus selaloe, toean, bagoes sekali!"
Setelah surat itu dimuat, Tan ditangkap Belanda karena dianggap memprovokasi masyarakat.
Akan tetapi, dia kemudian dilepaskan setelah meyakinkan Belanda bahwa dimuatnya tulisan Soekarno tidak memiliki maksud politik, selain untuk mempromosikan tokonya.
Kisah Soekarno menjual kain selama pembuangan di Ende dibagikan oleh cucunya yang kini menjabat sebagai Ketua DPR RI, Puan Maharani pada Minggu (8/5/2022).
TAG#Soekarno, #PDIP, #Puan Maharani, #Indonesia, #Politik
182222979
KOMENTAR