Puan Ungkapkan Ceritra di Balik Istilah Halal Bihalal
Jakarta, Inako
Presiden RI Pertama Soekarno memanggil ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdul Wahab Hasbullah ke Istana Negara pada Ramadan tahun 1948 untuk dimintai pendapat dan saran dalam mengatasi situasi politik Indonesia yang sedang tidak sehat. Maklum saat itu, setelah tiga tahun merdeka, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani dalam keterangan tertulis yang dibagikan ke sejumlah media, Senin (2/5/2022).
Lebih lanjut diceritrakannya bahwa pada saat itu, para elit politik saling bertengkar dan tidak mau duduk dalam satu forum sementara pemberontakan terjadi di mana-mana.
Saat berdialog dengan Bung Karno di Istana, KH Wahab memberi saran agar menyelenggarakan silaturahim karena sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri. Namun Bung Karno agak ragu dengan usulan tersebut karena silaturahim memang sesuatu yang sudah dilakukan oleh umat Islam setiap Lebaran.
Mendengar tanggapan Bung Karno seperti itu, akhirnya KH Wahab mengusulkan istilah halalbihalal. Menurut KH Wahab, saat itu para elite politik tidak mau bersatu karena mereka saling menyalahkan.
"Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram, supaya mereka tidak punya dosa maka harus dihalalkan sehingga silaturahim nanti kita pakai istilah halalbihalal," ujar Puan menirukan perkataan KH Wahab kepada Bung Karno kala itu.
Dari saran KH Wahab itulah, kemudian pada Hari Raya Idul Fitri Bung Karno mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara. Acara silaturahmi itu kemudian diberi istilah halalbihalal.
Sejak saat itu, Bung Karno meminta instansi-instansi pemerintah untuk menyelenggarakan halalbihalal yang diikuti masyarakat secara luas. Sementara KH Wahab menyebarkan istilah tersebut kepada warga melalui institusi nonformal.
KOMENTAR