Ribuan Migran Ethiopia Dideportasi Dari Sejumlah Negara Timur Tengah Karena Coronavirus

Binsar

Saturday, 02-05-2020 | 10:51 am

MDN
Imigran Ethiopia terlantar di tengah perang Yaman, duduk di lokasi penahanan menunggu repatriasi ke negara mereka, di Aden, Yaman, Rabu (24/4/2019) [Reuters]

Addis Ababa, Inako

Ribuan migran Ethiopia yang diusir dari Timur Tengah dan negara-negara Afrika sedang dikarantina di beberapa universitas setelah dideportasi massal dari sejumlah negara akibat pandemi coronavirus.

 

BAVA JUGA: Buah Dari Liberalisasi, Perempuan Arab Saudi Mulai Dapat SIM

 

Menurut laporan agen migrasi AS, negara seperti Arab Saudi, Djibouti, Somalia dan negara-negara lain telah mendeportasi lebih dari 5.000 migran ilegal ke Ethiopia sejak 1 April lalu.

Menteri Kesehatan Ethiopia, Lia Tadesse mengatakan 13 di antara imigran tersebut dinyatakan positif terinfeksi COVID-19.

Karena itu, ia mengakui kekhawatiran akan terjadi penyebaran virus itu ke desa-desa di negara itu.

 

Baca Juga: Afrika Kewalahan Hadapi Serangan Belalang

 

"Kami merawat mereka dan akan terus merawat mereka meskipun, tentu saja, itu menuntut dalam banyak aspek," kata Tadesse kepada Thomson Reuters Foundation, seperti dilansir Inakoran.com dari Reuters, Sabtu (2/5).

AS telah memperingatkan bahwa pengusiran massal migran ilegal oleh Arab Saudi ke Ethiopia berisiko menyebarkan virus.

Imigran Ethiopia melalui perjalanan panjang ratusan kilometer melalui jalur laut dan dari dari daerah asal untuk memperbaiki nasib di Arab Saudi. [ist]

 

Memo internal U.N. yang diterima Reuters menyebutkan bahwa Arab Saudi diperkirakan akan mendeportasi sekitar 200.000 migran Ethiopia.

Tadesse mengatakan bahwa tidak ada migran yang dideportasi oleh Riyadh dalam seminggu terakhir.

Ethiopia, yang berpenduduk sekitar 110 juta orang, hanya mencatat 133 kasus COVID-19 dan tiga kematian yang telah dikonfirmasi, tetapi para ahli mengatakan sistem kesehatan masyarakat negara kewalahan mengatasi hal itu.

Puluhan ribu orang Ethiopia diperkirakan bermigrasi secara ilegal setiap tahun untuk mencari pekerjaan yang dibayar lebih baik, terutama ke negara-negara Teluk Arab, di mana banyak yang akhirnya dieksploitasi di rumah sebagai pembantu rumah tangga atau di lokasi pembangunan.

 

Baca Juga: Wabah Campak Tewaskan 53 Warga Samoa Afrika

Baca Juga: Somalia Dilanda Banjir, 10 Tewas dan Ribuan Terlantar

 

Banyak dari mereka yang sekarang kembali mengalami trauma dan membutuhkan perawatan medis. Tadesse mengatakan bahwa petugas medis dan terapis telah menawarkan bantuan untuk itu.

Bulan lalu, sebuah sumber di Amerika mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation bahwa ratusan migran yang baru saja kembali dari Djibouti dikembalikan oleh pemerintah daerah setelah menjalani karantina di kota Dire Dawa di timur.

Menteri Kesehatan Ethiopia, Lia Tadesse [ist]

 

"Ada beberapa kekhawatiran di antara pemerintah daerah tentang pengungsi yang kembali dikarantina ... tetapi ini sekarang sedang ditangani melalui pendidikan dan kepemimpinan daerah," kata Tadesse.

Lebih dari 1.000 migran yang dikarantina selama 14 hari dan yang tidak menunjukkan gejala dikirim pulang minggu ini, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

“Selalu ada ketakutan bahwa para migran adalah penyedia penyakit, tetapi bukti-bukti tidak mendukung hal ini sama sekali,” kata Maureen Achieng, kepala misi IOM ke Ethiopia.

KOMENTAR