Romo Beny: Sesalkan Guru Pramuka Di Yogyakarta Gigih Ajarkan Intoleransi
“Kami juga minta pihak Kwartir Cabang Yogya sampai tingkat nasional mem-black list pelaku agar jangan sampai kejadian itu berulang kembali,” ujar Ketua Komisi D DPRD Kota Yogya Dwi Saryono
Jakarta, Inako
Pemerintah pusat secara simultan mengembangkan ajaran keberagaman dengan pembumian Pancasila. Pada saat bersamaan guru pramuka di Yogyakarta gigih dan penuh semangat mengajarkan intoleransi yang akut.
DPRD Kota Yogyakarta memanggil sejumlah pihak terkait viralnya tepuk Pramuka yang memakai kalimat "Islam yes, kafir no" dalam sebuah pelatihan di sebuah sekolah dasar di Timuran, Prawirotaman, Kota Yogyakarta Jumat, 10 Januari 2020.
Berita pengajaran intoleransi menghebohkan terjadi di dunia Pendidikan Indonesia. Dimana sikap intoleran diajarkan guru pramuka di Jogjakarta dengan membedakan antara kafir dan bukan kafir.
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo mengatakan mengajar nilai-nilai nasionalisme cinta tanah air diwujudkan dalam praktek hidup welas asih terhadap mereka berbeda keyakinan, etnis, suku.

Menurut rohaniawan tersebut, pendidikan memerdekan siswa dari kebencian , menyudutkan mereka keyakinan, etnis , suku.
“Tangung jawab pendidik adalah memberikan keteladan menghargai nilai nilai keragaman bukan mengajarkan nilai nilai eklusif dan kebencian. Pramuka didirikan menjadi patriot bangsa maka insan pramuka dipangil untuk menjadi patriot sejati,” tegasnya.
Peristiwa Jogya ini tandas Benny, menjadi peringatkan bagi kita semua agar anak tidak diracuni dengan kepentingan sesaat merusak jati diri anak.
Lebih lanjut ujar dia, pendidikan harus nya memerdekan siswa menggali potensi diri dan merajut persaudaran tanpa membedakan etnis . Suku, agama.
Tepuk pramuka menurutnya, harus mengajar kan nilai nilai persaudaran, kecintaian tanah air, memilikijiwa solidaritas.
“Pendidikan nilai nilai pramuka dikembalikan jati diri nya menjadi patriot bangsa,” tutup dia.
Sementara DPRD Kota Yogyakarta memanggil sejumlah pihak terkait viralnya tepuk Pramuka yang memakai kalimat "Islam yes, kafir no" dalam sebuah pelatihan di sebuah sekolah dasar di Timuran, Prawirotaman, Kota Yogyakarta Jumat, 10 Januari 2020.
Ketua Komisi D DPRD Kota Yogya Dwi Saryono menyesalkan adanya kejadian yang mengganggu keberagamaan di Yogyakarta. “Begitu kasus itu viral di media sosial, kami langsung berkoordinasi panggil semua pihak terkait agar tak terlalu melebar jauh ke mana-mana,” ujar Dwi, Selasa, 14 Januari 2020.
Dwi menuturkan dari hasil pemanggilan itu DPRD Yogya merekomendasikan beberapa hal. Pertama perlu adanya pengawasan lebih dari pemerintah kota dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga pada kegiatan tersebut.
“Kami juga minta pihak Kwartir Cabang Yogya sampai tingkat nasional mem-black list pelaku agar jangan sampai kejadian itu berulang kembali,” ujarnya.







KOMENTAR