SELOW FOOD Indonesia Sponsor Makanan Lokal Berhigienis

Hila Bame

Monday, 29-07-2019 | 20:28 pm

MDN
Drs, Rikard Bagun, M.Sc (4 dari kanan Anggota BPIP) Lily Tj PhD (lima dari kanan, SELOW FOD) ketika beraudiensi dengan wartawan di Kafe Kanorai St Gambir, Jumat (26/7) Foto; Ruth Inakoran.com.

Jakarta, Inako

Budaya timur terutama Indonesia, sajian makanan dan minuman tentulah bukan basa-basi semata, namun lebih merupakan penghormatan bahkan  symbol "menerima seseorang" yang sedang berjumpa apakah di rumah maupun kantor. atau tempat layak lainnya. Suguhan makanan maupun minuman  pada lanskap yang berbeda merupakan bahasa atau kata yang,  acap tak terungkap. 

Fast food’ dan ‘junkfood’ diakui  sebagai serangan atau  disrupsi  pada tataran pasar kuliner Indonesia yang perlu diantisipasi melalui perizinanan yang diperketat, yang dikeluarkan oleh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat hingga daerah, terutama sentra-sentra wisata strategis. Pengembangan pasar makanan lokal penting diperkuat seperti kamar home stay yang mendapat subsidi dari Kementerian Pariwisata, untuk kuliner lokal seharusnya juga demikian. 

Gerakan SELOW FOOD

Pengaruh arus global menyebabkan berkembangnya budaya ‘instant’ dalam konsumsi pangan. Budaya gobal mendukung proses ‘cepat saji” tersebut sehingga masyarakat modern terbiasa dengan budaya ‘fast food’ dan ‘junkfood’. Perubahan gaya hidup ini juga mempengaruhi pola konsumsi makanan. Budaya ‘fast food’ menggeser pola diversitas makanan sehingga penyeragaman makanan terjadi secara global dan ditinjau dari sisi kesehatan pola fastfood dianggap kurang memenuhi syarat kesehatan.

Selow Food menawarkan konsep keberagaman makanan berbasis tradisi lokal yang berlaku di suatu wilayah. Proses menyiapkan pangan memerlukan perhatian yang lebih khusus,terutama dari aspek higienis, dan kandungan gizi pangan dan juga proses memasak dan menyajikannya.

Selain itu Selow Food menciptakan pola pikir yang lebih rileks, tidak terburu-bru dan tidak mudah stress.


Ilustrasi Makanan Lokal yang disajikan mulai dari kopi asal Flores hingga soto betawi dan nasi goreng khas nusantara  di Kafe Kanorai Stasiun Gambir
Jakarta.  

 

“Kebijaksanaan Makanan” adalah slogan gerakan Selow Food. Banyak orang di masa milenial melupakan cita rasa dari makanan tradisional karena masyarakat modern sudah terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung bumbu instan dan penguat citarasa. Melalui gerakan ini diharapkan masyarakat dapat menyadari pola makanan yang lebih sehat, pungkas Lily Tjahjandari, PhD. dari SELOW FOOD Indonesia,  ketika beraudiensi dengan Romo Beny Susetyo dan Rikard Bagun, Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)  di Kawasasan Gambir Jakarta Pusat, Jumat (26/7).  

Selow Food mengajak masyarakat, lanjut Lily yang juga dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia itu, untuk mengembangkan ikatan dengan lingkungan sehingga peka terhadap perkembangan pangan di wilayah kita tinggal, ujarnya. 

Selanjutnya Gerakan Selow Food mengedukasi dan mempromosikan kegunaan kearifan lokal untuk menjaga keragaman hayati di bidang pangan dan mensosialisasikan pola makan sehat dengan bahan pangan yang baik, bersih dan bergizi.

Gerakan SELOW FOOD  lahir dari masyarakat sipil dari berbagai latar belakang budaya, bahasa, warna kulit dan suku yang beragam, demikian latar belakang pendidikan mereka. Kristalisasi budaya makanan khas nusantara diracik di SELOW FOOD yang akan digelar Sabtu, (10/8/2019)  bertempat di Liverpool Academic Depok (padepokan Bromolati) Pengasinan Depok, Jawa Barat. 

Datang ya.. rasakan sensansi makanan khas dari alam Indonesia. Milenial dari beberapa psantren dan masyarakat Papua menyempatkan diri hadir di acara ini dalam laga sepak bola.

Konfirmasi kehadiran via Mbak Lily : 0812 1251 9422 atau Mas Yoyok : 0811 9788 47

 

TAG#SELOW FOOD

163519142

KOMENTAR