Taiwan Membantah Sedang Memperlihatkan Perlombaan Senjata Dengan China, Terkait Pembelian Senjata Dari Amerika

Binsar

Thursday, 22-10-2020 | 15:11 pm

MDN
Jet tempur F-16 Viper buatan Amerika Serikat.yang dibeli Taiwan [ist]

 

 

Taipei, Inako

Pemerintah Taiwan menegaskan bahwa pihaknya tidak sedang berusaha untuk terlibat dalam perlombaan senjata dengan China. Taiwan hanya mengaku, kalau saat ini negara itu sedang membutuhkan kemampuan tempur yang kredibel, kata Menteri Pertahanan Yen De-fa, Kamis, tidak lama setelah Amerika Serikat menyetujui potensi penjualan senjata senilai $ 1,8 miliar kepada pulau yang diklaim China sebagai provinsinya itu.

Belakangan ini Beijing telah menerapkan tekanan yang meningkat pada Taiwan untuk menerima kedaulatan China. Tekanan tersebut salah satunya adalah dengan menerbangkan jet tempur melintasi garis tengah Selat Taiwan yang sensitif, yang biasanya berfungsi sebagai penyangga tidak resmi.

 

Taiwan diberitakan bakal membeli paket senjata AS terbaru termasuk sensor, rudal dan artileri, dan pemberitahuan kongres lebih lanjut diharapkan untuk drone yang dibuat oleh General Atomics dan rudal anti-kapal Harpoon berbasis darat, yang dibuat oleh Boeing Co, untuk berfungsi sebagai rudal jelajah pertahanan pantai.

Berbicara kepada wartawan, Yen berterima kasih kepada Amerika Serikat dan mengatakan penjualan itu untuk membantu Taiwan meningkatkan kemampuan pertahanan mereka untuk menghadapi "ancaman musuh dan situasi baru".

"Ini termasuk kemampuan tempur yang kredibel dan kemampuan peperangan asimetris untuk memperkuat tekad kami untuk mempertahankan diri," tambahnya.

“Ini menunjukkan betapa pentingnya AS terhadap keamanan di Indo Pasifik dan Selat Taiwan. Kami akan terus mengkonsolidasikan kemitraan keamanan kami dengan Amerika Serikat.”

 

China kemungkinan akan mengutuk penjualan senjata baru, seperti yang selalu terjadi, tetapi Yen mengatakan mereka tidak mencari konfrontasi.

“Kami tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata dengan Komunis China. Kami akan mengedepankan persyaratan dan membangun sepenuhnya sesuai dengan konsep strategis pencegahan berat, mempertahankan posisi dan kebutuhan pertahanan kami."

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah menjadikan modernisasi pertahanan sebagai prioritas dalam menghadapi ancaman China yang meningkat, terutama kemampuan "perang asimetris", yang mengacu pada membuat serangan China menjadi sulit dan mahal, misalnya dengan ranjau pintar dan rudal portabel.

Taiwan memproduksi pesawat jet tempur latih pertama AT-5 Brave Eagle. [ist]

 

Washington, yang, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taipei meskipun merupakan pendukung global terkuatnya, telah mendorong Taiwan untuk memodernisasi militernya sehingga dapat menjadi "landak", yang sulit diserang China.

KOMENTAR