TPN Ganjar-Mahfud: Penggunaan Energi Baru Terbarukan Ditargetkan Capai 25 – 28%
Jakarta, Inako
Pasangan calon nomor urut 3, Ganjar Pranowo – Mahfud MD, telah merumuskan strategi yang terperinci untuk menjalankan transisi dari energi konvensional menuju energi baru terbarukan (EBT). Dengan visi yang kuat, apabila berhasil memenangi Pilpres 2024, Ganjar-Mahfud menargetkan bahwa sekitar 25-28% dari total energi yang digunakan di Indonesia akan berasal dari sumber EBT dalam satu periode kepemimpinan.
Agus Hermanto, Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, menyatakan keyakinannya bahwa dengan penerapan transisi energi yang tepat, target tersebut dapat tercapai.
BACA JUGA: Jurkam TPN Ganjar-Mahfud: Program Food Estate Tak Boleh Merusak Lingkungan
"Kita sedang melaksanakan transisi energi, dan apabila kami melaksanakannya secara tepat, rasanya target-target itu pasti tercapai," ujar Agus di Jakarta awal pekan ini.
Diketahui bahwa pada tahun 2022, kontribusi EBT dalam bauran energi nasional masih sekitar 14%, padahal potensi EBT di Indonesia sangat melimpah, mencapai 3.687 GW (giga watt) jika diukur dalam bentuk energi listrik. Energi surya menjadi potensi terbesar dengan mencapai 3.294 GW.
Upaya Indonesia untuk melakukan transisi energi juga sejalan dengan komitmen internasional dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang memerintahkan negara-negara di dunia untuk beralih ke sumber energi yang ramah lingkungan. Indonesia sebagai salah satu negara yang menyetujui kesepakatan tersebut, berkomitmen untuk mengurangi penggunaan energi konvensional.
BACA JUGA: Ganjar Diminta Evaluasi Kebijakan Sekolah Lima Hari
Agus menjelaskan bahwa transisi energi yang diusung oleh Ganjar-Mahfud akan dilakukan secara bertahap. Salah satu harapannya adalah mengurangi penggunaan batu bara sebagai sumber energi, dengan target mencapai net zero emission atau emisi nol pada tahun 2060.
Dalam tahap awal, Ganjar-Mahfud berencana melakukan dedieselisasi dengan mengonversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit listrik berbasis EBT, seperti tenaga surya dan angin.
"Kita tidak lagi merencanakan PLTU yang baru. Jangan lagi membuat PLTU batu bara lagi. Kita mulai yang paling aman dulu. Tentu pertama kali energi surya. Energi surya sudah banyak dibangun, perbanyak.”
BACA JUGA: Dukung Ganjar-Mahfud, Diaspora di UK Gelar Touring of Tiga Jari
Contoh nyata dari implementasi ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Agus yakin bahwa PLTS semacam itu dapat direplikasi di berbagai daerah yang memiliki potensi energi angin yang besar dan stabil.
Namun, tantangan masih ada. Pembangkit listrik energi angin, misalnya, masih menunggu kesepakatan pembelian tenaga listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Agus menyoroti perlunya perjanjian pembelian tenaga listrik antara PLN dan pengembang listrik swasta untuk mendukung pengembangan infrastruktur EBT.
KOMENTAR