Golkar Minta Kompensasi Tinggi ke Erick Tohir, Bila Ingin Jadi Cawapres

Sifi Masdi

Friday, 20-10-2023 | 16:38 pm

MDN
Prabowo Subianto dan Erick Thohir  [ist]


 

 

Jakarta, Inako

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah mengatakan, Calon Presiden yang diusung Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto sedang mengalami turbulensi keyakinan terkait laga di Pemilihan Umum 2024.

“Satu sisi ia terlanjur percaya dengan sokongan Jokowi, sisi lain di saat genting Jokowi belum juga memberi arahan dan bahkan belum tiba di Indonesia,“ kata Dedi hari ini (20/10). 

BACA JUGA:  Herman Akui Tantangan Usahanya Adalah Jualan Online

Kemarin, dua pasangan Capres-Cawapres, Anies-Muhaimim dan Ganjar-Mahfud MD telah mendaftarkan diri ke KPU. Tinggal Capres Prabowo saja yang belum menentukan pilihannya. 

 

 

 

“Ada juga kekhawatiran lain berupa desakan mitra koalisi yang meminta segera dipastikan siapa yang akan Prabowo tunjuk,” sebut Dedi.

Dari nama-nama yang beredar, mengerucut ke dua nama yaitu Gibran Rakabuming, anak presiden dan Erick Thohir, pengusaha dan Menteri BUMN.

“Dua nama ini hanya Gibran yang potensial untuk diterima semua pihak. Erick punya pertentangan cukup kuat dari Golkar, senentara Airlangga juga beresiko ditolak PAN. Untuk itu, bukan tidak mungkin jika Prabowo pada akhirnya kembali ke Jokowi dan meminta Gibran menjadi pendamping,” jelas Dedi.

 

BACA JUGA: Ada Perang Dingin Para Jenderal dalam Dugaan Kasus Pemerasan Firli Bahuri???

Gibran sendiri sudah mendapat ‘karpet merah’ untuk maju sebagai Cawapres. Meski begitu polemik di masyarakat juga kencang menolak ‘Dinasti Politik’.

Namun tambah Dedi, daya tawar Gibran dan kekuatan bapaknya tidak bisa dinafikan sebagai modal besar jelang Pilpres 2024.

”Tidak saja sebagai titik temu dalam persimpangan, tetapi Gibran adalah mesin politik yang cukup kuat karena dimotori oleh kekuasaan, yakni Presiden Jokowi,” kata Dedi.

Posisi Airlangga

Dari dua nama ini, jika melihat kompetensi kelayakannya, Dedi berpendapat keduanya belum punya rekam jejak yang baik.

“BUMN alami persoalan pelik, kerugian melanda, dan persoalan rumit lain. Pun Gibran, belum cukup jelas untuk prestasinya yang dianggap bisa merepresentasikan tokoh nasional,“ jelas Dedi.

Kalau Prabowo ingin mencari sosok pendamping yang kelihatan hasil kerjanya, pilihannya Ketum Golkar Airlangga Hartarto.

“Justru, jika orientasi Cawapres soal kapasitas, maka mestinya Prabowo gandeng Airlangga. Ia jelas menyelamatkan negara ini dari pandemi, dan itu konkrit, di saat negara maju kesulitan, Indonesia bertahan bahkan sempat naik hingga 7 persen ekonomi nasional kita,” tandas Dedi.

 

 

 

BACA JUGA: Dari KIM, Gibran Diprediksi Melenggang tanpa Hambatan

Sementara Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, menilai kebuntuan Koalisi Indonesia Maju (KIM) dalam menentukan cawapres untuk Prabowo Subianto patut segera dimusyawarahkan dan diselesaikan. Nama Erick Thohir disebut sebagai kandidat cawapres Prabowo. Meski demikian, Golkar tampak enggan untuk mendukungnya.

"Soal Golkar, tentu harus berkompromi dengan Jokowi dan Erick Thohir. Dan kelihatannya Golkar masih belum mau, (atau) tidak mau Erick menjadi cawapresnya Prabowo," terangnya.

Menurut pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia itu, Partai Golkar mempunyai alasan kuat untuk menolak cawapres dari luar kader partainya. Sebab itu, Erick patut melakukan lobi politik untuk memperoleh dukungan Golkar.

"Golkar tentu rasional dengan alasan itu. Mungkin ingin harganya tinggi, karena jaringan politik, tentu Erick Thohir harus melobi Golkar, melobi Airlangga agar mendukung dirinya," sambungnya.

Ujang menilai Golkar akan bersikap rasional dengan melakukan kompromi-kompromi politik.

"Selama ini Golkar tidak menerima Erick Thohir, akankah menerima? Bisa jadi. Politik itu kan selalu ada dinamika. Saya melihat kalau Golkar dikompensasi dengan tinggi ya bisa saja Golkar mendukung Erick. Kan Golkar bagaimana Jokowi dan Jokowi kan dekat dengan Erick juga,” pungkasnya.

 

 


 

 

 

KOMENTAR