Harga Minyak Dunia Naik Tipis: Jumat (7/2/2025)

Sifi Masdi

Friday, 07-02-2025 | 12:23 pm

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Jumat, 7 Februari 2025, meskipun secara mingguan mencatat penurunan yang signifikan. Kenaikan ini terjadi di tengah ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang kembali memanas setelah AS memberlakukan tarif impor baru terhadap komoditas China, dan dibalas dengan langkah serupa oleh Negeri Bambu tersebut.

 

Berdasarkan data dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik 15 sen  menjadi US74,44perbarel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate(WTI) AS juga naik 9 sen menjadi US74,44 perbarel.

 

Meskipun terjadi kenaikan harian, secara mingguan harga minyak Brent turun 3,2 persen, sementara WTI turun 2,7 persen. Ini menandai penurunan mingguan ketiga berturut-turut untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Turun Rp 10.000 per Gram: Jumat (7/2/2025)

China Berusaha Tutup TikTok di AS: Langkah Taktis Tekan Trump Soal Perang Dagang

Harga Minyak Dunia Kembali Turun: Rabu (5/2/2025)

Harga Minyak Terkoreksi: Imbas Trump Tunda Penetapan Tarif untuk Meksiko


 

Penurunan harga minyak secara mingguan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar atas dampak perang dagang AS-China terhadap permintaan minyak global. Analis dari BMI menyatakan, "Tekanan penurunan berasal dari berita seputar tarif, dengan kekhawatiran atas potensi perang dagang yang memicu kekhawatiran melemahnya permintaan minyak."

 

Presiden AS, Donald Trump, kembali mengobarkan perang dagang setelah dilantik untuk masa jabatan berikutnya. Salah satu langkahnya adalah mengenakan tarif impor sebesar 10 persen terhadap produk-produk China. Langkah ini dibalas oleh China dengan memberlakukan tarif serupa terhadap produk AS, menciptakan ketidakpastian di pasar global.

 

Selain perang dagang, kebijakan AS terhadap Iran juga memengaruhi sentimen pasar minyak. Pada 4 Februari 2025, Presiden Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang memberlakukan kembali kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran, termasuk komitmen untuk menekan ekspor minyak negara itu hingga nol barel per hari. Saat ini, Iran mengekspor lebih dari 1,5 juta barel minyak per hari.

 

Analis BMI mencatat, "Sentimen ini telah melampaui perintah eksekutif Presiden AS Trump, yang menambah ketidakpastian di pasar minyak." Kebijakan ini berpotensi mengurangi pasokan minyak global, tetapi di sisi lain, kekhawatiran atas melemahnya permintaan akibat perang dagang AS-China justru menekan harga.

 

Prospek ke Depan

Pasar minyak global saat ini berada dalam situasi yang kompleks. Di satu sisi, kebijakan AS terhadap Iran dapat mengurangi pasokan minyak dan mendorong kenaikan harga. Di sisi lain, perang dagang AS-China menimbulkan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, yang berpotensi mengurangi permintaan minyak.

 

Para analis memprediksi bahwa harga minyak akan terus mengalami volatilitas dalam beberapa minggu ke depan, tergantung pada perkembangan perang dagang dan kebijakan geopolitik AS. Jika ketegangan antara AS dan China semakin meningkat, permintaan minyak global bisa semakin tertekan, yang berpotensi menekan harga lebih lanjut.

 

 

 

KOMENTAR