Politik Dinasti, Bola Liar Penggerus Elektabilitas Prabowo-Gibran

Sifi Masdi

Thursday, 26-10-2023 | 11:02 am

MDN
Pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat mendaftar sebagai Capres-Cawapres di KPU [ist]

 

 

 

Jakarta, Inako

Elektabilitas pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming bisa ‘terjun bebas’ jika ‘Bola Liar’ nya tidak bisa dikendalikan. Demikian sebut Pengamat Politik dari Citra Institute, Yusa Fachran.

“Prabowo Gibran akan terus diserang dengan isu-isu politik dinasti, pelanggengan kekuasaan bahkan isu penghianatan keluarga Jokowi terhadap PDIP. Isu-isu tersebut akan menjadi bola liar yang berpotensi  menggerus elektabilitas Prabowo-Gibran jika KIM tidak bisa mengantisipasinya dengan baik,“ kata Yusak dalam keterangan tertulis yang diterima Inakoran, Rabu (25/10).

 

BACA JUGA:  Gibran Jadi Cawapres, Diuntungkan Oleh Situasi Terkini

Sentimen negatif terhadap pasangan ini makin menguat setelah keluar putusan Mahkamah Konstitusi yang memberikan jalan kepada Gibran, Walikota Solo, anak presiden Joko Widodo maju sebagai Cawapresnya Prabowo Subianto. Permohonan ini diterima MK khususnya pada poin berpengalaman sebagai Kepala Daerah baik di Tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

“Sentimen negatif terhadap putusan MK yang membuka jalan bagi Gibran menjadi cawapres memang cenderung menguat,” sebut Yusak.

Sentimen ini diperkuat dengan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru yang menyebutkan  57,6 persen dari 24 persen warga yang tahu jika Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman adalah adik ipar Presiden Joko Widodo mengatakan keputusan MK mengenai batasan usia calon presiden/calon wakil presiden sebagai keputusan yang tidak adil.

 

 

 

 

BACA JUGA: Golkar Minta Kompensasi Tinggi ke Erick Tohir, Bila Ingin Jadi Cawapres

Namun ditengah sentimen negatif ini, kubu Prabowo-Gibran harus cermat mengelola isu-isu yang beredar, untuk menjaga suara mereka.

“Soal efek efektoral, memang ada kecenderungan bertambahnya suara Prabowo karena irisan pemilih yang berbeda antara Gibran dan Prabowo.  Tapi ini kembali lagi pada strategi Prabowo bagaimana mengelola isu-isu penting agar bisa mendapatkan dukungan terutama pemilih milenial yang pro Gibran dan pemilih Jokowi,“ jelas Yusak.

Menariknya, meski anak dan dukungan Jokowi sudah berada di Kubu Prabowo, PDIP dan Capres Ganjar Pranowo masih akan berjaya ‘di rumah’ mereka. “Jawa Tengah saya kira tetap akan dikuasai Ganjar meskipun Prabowo menggandeng Gibran. Variabel Gibran hanya akan memperkecil selisih kekalahan prabowo atas Ganjar di Jawa Tengah,“ sebut Yusak.

 

BACA JUGA: Menko Muhadjir: Papua Hanya Bisa Dibangun oleh Putra-Putri Papua Sendiri

Yusak, yang juga Dekan FISIP Universitas Pamulang menegaskan, bagaimanapun Jateng adalah basis nasionalis dan kepemimpinan Megawati sudah berhasil mengantarkan banteng memenangi pilpres, pileg maupun pilgub Jateng terakhir.

Senjata Lawan Politik

Sementara itu, Peneliti senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof. Lili Romli menilai ketidakpuasan publik pada putusan MK terkait batas usia capres-cawapres bisa berdampak pada elektabilitas pasangan yang terkait dengan putusan tersebut.

"Dalam survei-survei yang dilakukan, ketika ada persepsi ketidakpuasan akan berkorelasi terhadap ketidaksukaan dan keterpilihan," terangnya.

Lili menegaskan jika persepsi ketidakadilan yang ada pada publik tersebut bisa berdampak negatif pada pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai paslon yang terkait erat dengan putusan MK.

 

 

 

 

BACA JUGA: Filep Wamafma: Pj Gubernur PBD Serahkan Dana Hibah dari Otsus untuk Perguruan Tinggi, Bagaimana dengan Papua Barat?

"Jika dikaitkan dengan mayoritas publik yang menilai bahwa putusan MK tentang syarat usia capres-cawapres dirasa tidak adil, maka bisa jadi juga akan berdampak negatif terhadap pilihan pasangan Prabowo-Gibran," terangnya.

Lili menegaskan perlu adanya riset untuk membuktikan korelasi antara persepsi negatif publik atas putusan MK dan dampaknya pada pasangan Prabowo-Gibran. Kendati demikian, persepsi tersebut pastinya akan berpengaruh terhadap para swing voters yang berkemungkinan meninggalkan paslon tersebut.

"Untuk memastikan tersebut memang perlu ada survei, tetapi saya kira karena publik berpendapat itu tidak adil, dengan sendirinya, terutama bagi pemilih swing voters akan meninggalkannya," tambahnya.

Hal itu bisa diperdalam ketika para lawan politik Prabowo dan Gibran menggunakan isu putusan MK sebagai bahan serangan.

"Apalagi bila nanti lawan-lawan politiknya mengkapitalisasi isu tersebut sebagai senjata untuk menjatuhkan pasangan ini. Jadi memang ada potensi akan menggerus suara pasangan ini," pungkasnya.


 

 

KOMENTAR