Anjloknya Harga Minyak Dunia: Imbas Kebijakan Tarif Impor Donald Trump

Sifi Masdi

Thursday, 23-01-2025 | 14:22 pm

MDN
Ilustrasi pergerakan saham [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan signifikan, menciptakan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan analis ekonomi. Pada perdagangan Kamis, 23 Januari, harga minyak mentah Brent tercatat turun 23 sen menjadi $78,79 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) juga merosot 18 sen menjadi $75,26 per barel.

 

Penurunan ini menandai kelanjutan tren melemah yang sudah berlangsung beberapa hari sebelumnya dan berakar dari ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

 

Dalam beberapa hari terakhir, harga minyak mentah Brent dan WTI telah mengalami penurunan berturut-turut. Penurunan harga ini tidak hanya mencerminkan dinamika pasar minyak, tetapi juga merupakan respons terhadap berbagai faktor eksternal, termasuk kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah AS.

 


BACA JUGA:

Prospek Emiten Nikel Usai Trump Hentikan Kewajiban Penggunaan Kendaraan Listrik

Rilis Laporan Keuangan Emiten Perbankan Dorong Penguatan IHSG

Rencana Trump Tingkatkan Produksi Minyak AS, Picu Harga Minyak Anjlok

Harga Minyak Lesu Pasca Pelantikan Donald Trump


 

Dengan ancaman sanksi baru terhadap Rusia dan rencana pengenaan tarif impor kepada Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa, ketidakpastian menyelimuti pasar minyak dan memengaruhi permintaan global.

 

Donald Trump, yang dikenal dengan pendekatan ekonominya yang agresif, telah mengisyaratkan bahwa ia tidak segan untuk mengambil langkah-langkah drastis dalam menghadapi negara-negara yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan AS.

 

Ancaman sanksi terhadap Rusia terkait konflik di Ukraina dan rencana penerapan tarif impor 10 persen terhadap China menjadi sinyal bahwa kebijakan proteksionisme dapat semakin mendalam. Hal ini berpotensi menyebabkan gangguan pada pasar minyak dan memengaruhi pertumbuhan ekonomi global.

 

Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif impor memengaruhi prospek permintaan minyak global. Jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS diperkirakan akan turun 1,6 juta barel dalam minggu yang berakhir pada 17 Januari. Namun, dengan adanya lonjakan persediaan bensin yang diperkirakan naik 2,3 juta barel, serta peningkatan persediaan sulingan sebesar 300 ribu barel, pertanda bahwa meskipun ada penurunan produksi, permintaan mungkin tidak dapat mengejar ketinggalan.

 

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai stabilitas pasar minyak ke depan. Dengan meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagangnya, ditambah dengan kebijakan tarif yang bisa berdampak luas, para analis memperingatkan bahwa ketidakpastian ini dapat merugikan perekonomian global dan menekan permintaan minyak dalam jangka panjang.

 

 

 

KOMENTAR