Prospek Emiten Nikel Usai Trump Hentikan Kewajiban Penggunaan Kendaraan Listrik

Sifi Masdi

Thursday, 23-01-2025 | 11:44 am

MDN
Ilustrasi emiten di sektor nikel [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mengakhiri mandat kendaraan listrik telah menciptakan gelombang sentimen baru di pasar saham, khususnya bagi emiten-emiten nikel yang berperan penting dalam produksi baterai kendaraan listrik.

 

Meskipun langkah ini dapat dianggap sebagai rintangan dalam transisi menuju energi terbarukan, para analis menilai bahwa potensi investasi di sektor nikel masih tetap menjanjikan.

 

Dalam pidato resminya setelah dilantik pada 21 Januari 2025, Trump secara tegas menyatakan bahwa ia akan menghentikan mandat kendaraan listrik yang sebelumnya diinisiasi oleh pendahulunya, Joe Biden.

 

Ia menggambarkan tindakan ini sebagai langkah untuk "menyelamatkan industri otomotif" AS dan mengakhiri komitmen terhadap perjanjian hijau internasional.

 

"Dengan tindakan saya hari ini, kita akan mengakhiri kesepakatan baru yang ramah lingkungan,” ujar Trump, menegaskan posisi Amerika untuk kembali fokus pada bahan bakar fosil.

 

Kebijakan ini menciptakan dampak negatif di industri kendaraan listrik global dan ekosistem yang terkait, termasuk sektor pertambangan dan pengolahan nikel. Meskipun demikian, saham-saham emiten nikel menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Pada perdagangan 22 Januari 2025, saham PT Ifishdeco Tbk. (IFSH) melonjak hingga 21,84%, sementara PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga mengalami kenaikan.

 

Saham IFSH menjadi bintang pada hari itu, naik signifikan ke level Rp1.225. Sementara itu, INCO dan ANTM juga mencatatkan penguatan, masing-masing sebesar 2,34% dan 0,66%. Meskipun terdapat sentimen negatif dari kebijakan Trump, investor tampaknya masih melihat peluang di sektor nikel, menunjukkan ketahanan pasar yang menarik.

 


BACA JUGA:

Rilis Laporan Keuangan Emiten Perbankan Dorong Penguatan IHSG

Ini Cara Bangun Kekayaan Warren Buffet dan Masa Tua Gemilang

Kapitalisasi Pasar GOTO Sentuh Rp 100 Triliun: Kabar Baik Bagi Investor

Obligasi Salah Satu Instrumen Investasi Jangka Menengah


 

Pakar otomotif Yannes Martinus Pasaribu dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan bahwa kebijakan Trump akan memperlambat transisi menuju energi terbarukan, namun tidak akan sepenuhnya menghentikan laju elektrifikasi di pasar global.

"Dominasi China, kebangkitan BRICS, dan komitmen negara-negara lain terhadap elektrifikasi akan memitigasi dampak negatif dari kebijakan AS,” ujarnya.

 

Dalam risetnya, tim analis Maybank Sekuritas, Hasan Barakwan dan Jeffrosenberg Chenlim, tetap optimis terhadap prospek nikel Indonesia. Mereka mencatat rencana pemerintah untuk memangkas produksi bijih nikel dari 215 juta ton pada 2024 menjadi 200 juta ton, yang diharapkan dapat menopang harga nikel ke depan. Selain itu, mereka juga menyoroti pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang lebih ketat oleh Kementerian ESDM.

 

Maybank Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk beberapa emiten nikel dengan target harga yang menarik, yaitu: ANTM dengan target harga Rp1.950; INCO dengan target harga Rp4.600; MDKA dengan target harga Rp 3.450; BRMS dengan target harga Rp480 per saham.

 

Disclaimer:

Perlu diingat bahwa investasi di pasar saham selalu melibatkan risiko. Oleh karena itu, selalu lakukan penelitian Anda sendiri dan konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum membuat keputusan investasi.


 

 

KOMENTAR