BI Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan Berada di Kisaran 2% - 2,1%

Inakoran

Tuesday, 20-02-2018 | 01:21 am

MDN
Ilustrasi kegiatan ekspor-impor [ist]

ong>Jakarta, Inako

Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sampai akhir tahun 2018 berada di kisaran 2%–2,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini disebabkan karena pertumbuhan impor lebih tinggi dibandingkan ekspor.

Perkiraan ini dinilai lebih tinggi dibandingkan realisasi defisit transaksi berjalan tahun 2017 yang berada di angka 1,7% dari PDB atau senilai US$ 17,3 miliar.

Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, membengkaknya defisit transaksi berjalan tahun ini disebabkan karena pertumbuhan impor lebih besar dibandingkan pertumbuhan ekspor. Kenaikan impor mulai terjadi pada Januari 2018.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Januari 2018 mencapai US$ 15,13 miliar, naik 0,26% dibanding bulan sebelumnya. Sedang dibandingkan periode sama 2017, tumbuh signifikan 26,44% year on year (YoY).

Sementara itu, nilai ekspor Januari 2018 tercatat US$ 14,45 miliar, turun tipis 2,81% dibanding bulan sebelumnya dan tumbuh 7,86% YoY. Selisih itu membuat neraca perdagangan Januari 2018 defisit US$ 670 juta.

"Ada akselerasai impor, terutama barang-barang terkait capital goodsraw material, itu menjadi support dari data kredit BI yang menunjukkan adanya kenaikan investasi," jelas Mirza.

BI mencatat, kinerja neraca transaksi berjalan memang selalu mencatatkan angka defisit sejak tahun 2012. Kondisi ini sebenarnya berdampak negatif terhadap perekonomian, terutama kurs rupiah. Defisit adanya transaksi berjalan, menandakan lebih banyak dollar yang keluar daripada yang masuk ke Indonesia.

Sementara Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, impor sepanjang tahun ini akan meningkat pesat lantaran ekonomi yang akan tumbuh lebih cepat. Dia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh 5,3%, lebih tinggi dibanding tahun lalu yang 5,07%. Ia yakin semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka, kebutuhan impor bahan baku dan barang modal juga akan semakin tinggi juga.

TAG -

198868921

KOMENTAR