BRI Siap Gelontorkan Dana Rp 3 Triliun untuk Buyback Saham di 2025

Sifi Masdi

Wednesday, 05-02-2025 | 15:17 pm

MDN
Ilustrasi pergerakan saham BRI [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali mempersiapkan langkah strategis dengan mengumumkan rencana buyback saham pada tahun 2025. Manajemen BRI telah menyiapkan dana sebesar Rp 3 triliun yang akan diambil dari kas internal bank, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 

Sebagai catatan, BRI terakhir kali melakukan buyback pada tahun 2023 setelah memperoleh persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang berlangsung pada 13 Maret 2023. Dalam aksi tersebut, nilai maksimum buyback yang ditetapkan mencapai Rp 1,5 triliun.

 

Rencana buyback yang akan datang dijadwalkan berlangsung mulai 12 Maret 2025 hingga 11 Maret 2026, dan tentunya memerlukan persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS BRI 2025 yang diagendakan pada 11 Maret 2025.

 

“Treasury Stock hasil Buyback 2025 akan direalisasikan sebagai keberlanjutan Program Kepemilikan Saham,” tulis manajemen dalam prospektus yang dirilis pada Senin, 3 Februari.

 


BACA JUGA:

Harga Minyak Dunia Kembali Turun: Rabu (5/2/2025)

Prospek Saham GOTO Pasca Isu Merger dengan Grab

Saham Perbankan Membebani IHSG di Awal Pekan

Saham BBRI dan BBCA Picu Pelemahan IHSG di Awal Pekan


 

Manajemen BRI menjamin bahwa pelaksanaan buyback pada tahun 2025 tidak akan mengakibatkan penurunan kekayaan bersih BRI di bawah jumlah modal yang ditempatkan, ditambah dengan cadangan wajib yang telah disisihkan. Selain itu, mereka menegaskan bahwa buyback tidak akan berdampak signifikan pada pendapatan dan biaya operasional bank.

 

Pengumuman buyback ini tentunya menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham BBRI. Pada perdagangan Selasa, 4 Februari 2025, harga saham BBRI ditutup di level Rp 4.260, naik 10 poin atau 0,24% dibandingkan hari sebelumnya. Sejak awal tahun 2025, harga saham BBRI telah terakumulasi naik sebesar 50 poin atau 1,19%.

 

Tak hanya BRI, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga memberikan sinyal positif dengan rencana melakukan aksi serupa. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, mengonfirmasi adanya rencana buyback tahun ini, meskipun ia belum mengungkapkan besaran dana yang akan dialokasikan untuk aksi tersebut.

 

Royke menyatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan proses perizinan kepada regulator dan akan meminta persetujuan pemegang saham, menekankan bahwa upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan investor.

 

Selain itu, Royke juga berencana untuk menambah kepemilikan sahamnya secara pribadi di BNI. Saat ini, ia memiliki 3,66 juta saham BNI, setara dengan 0,0098% dari total saham yang beredar. “Saya sudah pernah beli dan memang ada rencana beli lagi,” ujarnya.

 

Analis sekaligus CEO Edvisor.id, Praska Putrantyo, mengungkapkan bahwa buyback saham sering kali mencerminkan optimisme manajemen terhadap perusahaan. Optimisme ini, menurut Praska, dapat meningkatkan kepercayaan investor. “Buyback juga terkadang dilakukan karena saham perusahaan tergolong undervalued,” ujarnya.

 

Praska menambahkan bahwa buyback dapat membuat fundamental perusahaan menjadi lebih menarik, terutama dengan meningkatnya Earnings Per Share (EPS) akibat penurunan jumlah saham yang beredar.

 

Dia juga mencatat bahwa saham-saham dari bank besar saat ini berada di area price book to value (PBV) yang sangat murah, terutama BRI, BCA, dan BNI, sedangkan Bank Mandiri juga berada di area murah berdasarkan data historis selama tiga tahun terakhir.

 


 

 

KOMENTAR