Bukan Corong Pendopo

Oleh : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat
JAKARTA, INAKORAN
Tulisan ini tidak dalam konteks merespons tulisan atraktif H. Mahfudin, SH. MM. M. kn, Advokad Senior Indramayu di media online "Inakoran" (15 Mei 2021) dengan judul "Jurnalis Corong Pendopo", relatif mirip dengan judul tulisan ini. Melainkan menimbang sisi lain betapa pentingnya tim media dan jubir bagi Nina Agustina, Bupati Indramayu, pejabat "Political Elected" dari sudut pandang urgensinya dalam persepktif Woddy Kein, penulis buku "All The President's Spokesman", minimal karena dua hal :
Pertama, untuk menjaga dan merawat harapan pemilihnya dan publik Indramayu secara umum bahwa Nina Agustina hadir sebagai Bupati Indramayu semata mata untuk merangkai.jalan perubahan memenuhi janji janji politiknya mengangkat derajat masyarakat Indramayu ke level peradaban sosial yang sepantasnya. Harapan publik itulah basic "inner power" politik yang sesungguhnya.
Kedua, untuk menghindari kemungkinan terjadinya secara berulang misalnya riak riak kesalahpahaman seperti antara bupati dan ketua PCNU Indramayu (akhirnya selesai secara dewasa) atau terkait pembongkaran pagar alun alun yang di heboh hebohkan secara berlebihan. Hal ini bisa terjadi antara lain akibat defisit dan absennya tim media dan jubir yang smart dengan narasi narasi yang kuat di lingkar dalam Bupati.
Penulis belum tahu persis apakah secara regulatif Nina Agustina sebagai Bupati Indramayu dapat membentuk tim media dan jubir dalam satu "desk khusus" ataukah sudah membentuknya secara "partikelir" Akan tetapi dalam kerangka di atas itulah urgensi dan fungsi tim media dan jubir jika harus dibentuknya. Arrinya, tim media dan jubir harus mendefinisikan diri sebagai representasi bupati (pemda) dalam memenuhi kebutuhan informasi publik dan media.
Dengan kata lain, tim media dan jubir Bupati tidak berfungsi sebagai "corong pendopo" dalam pengertian sebagaimana digambarkan H. Mahfudin dalam artikel nya di atas melainkan berfungsi dan memposisikan diri membantu mempresentasikan Bupati dan kebijakan kebijakan nya dengan cara terbaik dan terukur melalui platform media yang diperlukan. TIdak mudah bertindak "me lock down" apalagi menyerang pihak lain yang dapar men down grade citra dan performa Bupati di ruang publik.
Di era digitalisasi dengan varian platform media sosial yang independen secara personal tidak bisa lagi pejabat publik menjadi "polisi sensor" media. Maka, menghadirkan tim media dan jubir menjadi penting tentu dengan kualifikasi sebagaimana standart Sony Snoy, jubir Presiden AS,. George W. Bush, yakni memiliki pemahaman politik yang kontekstual di kedalaman suasana kebatinan publik, loyalitas tinggi terhadap pimpinan, terampil dan kuat dalam narasi dan harus "aware" akan kebutuhan informasi publik.
Pada akhirnya terpulang kepada Bupati Nina Agustina untuk mendesain tim media dan jubir nya atau merekonstruksi ulang fungsi fungsi perangkat daerah terkait informasi publik. Jika tidak dimaksimalkan bukan saja publik akan hilang harapan akan hadirnya perubahan, lebih dari itu, pesona elektoral Bupati sebagai pejabat "political elected" ,yakni pejabat terpilih secara politik, akan mengalami pelemahan sinyal elektoral secara dini.
Selamat bekerja. Ikhtiar maksimal tidak akan mengkhianati hasil akhir.
TAG#ADLAN DAIE, #NU, #PWNUJABAR, #Bukan Corong Pendopo, #INDRAMAYU
198870902
KOMENTAR