Cinta Untuk Mama SMANU MHT
Cipayung, INAKORAN
Bukan Perpisahan yang kusesali, tapi pertemuanlah yang disesali. Pada era 80-an Tomy J Pissa, mempopulerkan sebuah lagu, merefleksikan sebuah entitas dari disrupsi cinta yang sedang mekar-mekarnya.
Dalam doa diakhir helat SMANU MHT angkatan VII, memberi oase baru dari kesenduan perpisahan.
“Perpisahan adalah awal dari sebuah persaudaraan” sepenggal kata dari bentangan kata magis doa, yang didaraskan.
Bongkahan emosi dari kekuatan yang dimuncratkan dari doa, membentang harapan akan kebersaamaan entah dimana kelak angkatan VII berlabuh. Jangan lupa anggota regumu!
Sekolah Menengah Atas Muhammad Husni Tamrin dikenal denga SMANU MHT, kerap orang tua menyebut dengan MHT saja. Sekolah berasrama milik Pemerintah DKI dan sepenuhnya dibiayai oleh anggaran APBD.
Emaloria menyanyikan lagu "Cinta Untuk Mama" semacam hadiah yang terucap untuk stakeholder yang mengantar mereka, mulai dari orangtua, para guru, ibu asrama, bapak asrama dalam etape seribu hari lamanya.
Lagu yang dilantunkan calon Mahasiswa ITB itu, mewakili wisudawan lain yang akan berpisah dan menapaki kampus perguruan tinggi negeri mulai dari ITB, Universitas Indonesia tercatat 27 orang lulus melalui jalur SBMPTN, dan ITB mencapai 30-an orang selebihnya masuk UNPAD Bandung, ITS Surabaya, UNDIP Semarang, UNAIR Surabaya, UGM Yogyakarta, dan beberapa Universitas di Australia, NTU Singapura, Tokyo University, Hongkong dan Amerika Serikat.
BACA:
SMANU MH THAMRIN Gudang Medali OSN DKI Dan Nasional
Ketika lagu “Cinta Untuk Mama” disyairkan boru Siagian atau Emaloria Siagian nama lengkapnya, mengapa tiada kata bapak tertulis dalam syair lagu?
Bertambah sendu hati, tatkala beberapa wisudawan mengangkat setinggi-tingginya setangkai mawar, lalu diserahkan kepada mama-mama yang duduk kursi belakang, dalam ruangan auditorium SMANU MHT yang lega mewah layaknya penampilan sebuah univesitas di negeri ini.
“Keharuman setangkai mawar, keharuman cinta mama sepanjang masa, laksana sang surya menyinari bumi, hanya memberi, tak akan kembali”.
Ada hati mau interupsi itu nyanyian pada awalnya, diurungkan akhirnya faktanya bapak-bapak juga punya mama meski lagu cinta untuk mama, absen kata “bapak”.
Mama biologis ada dirumah, mama induk semang (ibu asrama SMANU MHT) mengawal mutiara-mutiara (meminjam kata – kata wisudawan) angkatan VII dalam seribu hari lamanya dari pagi sampai pagi lagi.
Jika Bapak biologis “hanya” sering bertanya, gimana nak ujian kemarin bagus gak, maka bapak asrama mengawal wisudawan begitu tekunnya, hitung sendiri berapa jam banyaknya, dari seribu hari yang telah berpulang.
Diakui, lantas disepakat “cinta untuk Mama”. Tiada bisa menahan diri, “karpet merah” (recognize) dibentangkan untuk mama-mama di rumah, untuk Mama Asrama, Bapa Asrama,
untuk stakeholder SMANU MHT, secara eksklusif di persembahkan untuk mama-mama yang mengawal angkatan VII hingga puncak Bromo Jawa Timur dan mama-mama yang absen ke Bromo namun segunung doa mengawal.
Mama - mama, kau pantas dicintai, rasa segan terpicu di kedalaman jiwa dan, bravo angkatan VII.
TAG#Jakarta, #Smanu Mht, #Kemendiknas
182236635
KOMENTAR