Dunia Telah Luncurkan Dana Talangan Sebesar  US$ 10 Triliun Untuk Pemulihan Ekonomi Akibat Virus Corona

Sifi Masdi

Friday, 22-05-2020 | 22:27 pm

MDN
Ilustrasi dampak virus corona terhadap perekonomian dunia [ist]

Jakarta, Inako

Virus corona atau Covid-19 yang muncul di Wuhan China, pada Januari 2020 telah memicu ekonomi berada dalam keadaan yang porak-poranda. Dalam hitungan minggu virus tersebut menular begitu cepat ke seluruh penjuru dunia, sehingga mengakibatkan kondisi ekonomi global berada dalam jurang resesi.

BACA JUGA: Ekonomi Rusia Tumbuh -5% Gara-Gara Covid-19

Kebijakan lockdown di sejumlah negara atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia membuat aktivitas ekonomi masyarakat berhenti total. Kegiatan ekspor dan impor praktis macet. Para ekonomi menilai virus corona telah mendorong dunia ke jurang resesi dan dampaknya lebih parah dibandingkan dengan krisis keuangan global pada 2008. 

Selama beberapa bulan terakhir ini sejumlah negara telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam bentuk stimulus untuk menggairahkan kembali roda perekonomian. Total jumlah dana yang dikeluarkan banyak negara untuk pemulihan perekonomian telah mencapai US$ 10 triliun (Rp 150.000 triliun). Ini merupakan dana talangan yang disiapkan sejumlah negara untuk memulihkan diri dari pandemi virus corona.

BACA JUGA: Dorong Hidupkan Kembali Ekonomi, Pemerintah akan Mulai Longgarkan PSBB

Data perekonomian di bulan April telah menunjukkan ancaman serius dari wabah ini. Misalnya, tingkat pengangguran yang melonjak di Amerika Serikat menjadi 14,7% dan angkat ini  menjadi yang tertinggi sejak perang dunia kedua. Ada 20,5 juta pengangguran di AS akibat lockdown yang dilakukan di berbagai negara bagian. 

AS menyiapkan US$ 2,3 triliun atau 11% dari PDB dalam Bantuan Coronavirus Aid, Relief and Economy Security Act (CARES Act). Undang-undang tersebut meliputi pemberian potongan pajak, tunjangan pengangguran, dan jaring pengaman pangan bagi yang paling rentan. 

BACA JUGA:  Pemerintah Patok Rp 318 Triliun untuk Pemulihan Ekonomi Nasional, Ini Skemannya

Hal yang sama dilakukan Inggris. Pada kuartal pertama tahun 2020, ekonomi Inggris mengalami kontraksi sebesar 2% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, dengan kontraksi bulanan di Maret 2020 sebesar 5,8%. 

Salah satu upaya untuk menggiatkan kembali kehidupan ekonomi di negeri Ratu Elisabeth itu, Pemerintahan Inggris menggelontorkan sejumlah pendanaan tambahan seperti pendanaan layanan publik dan amal sebesar £ 14,7 miliar (Rp 264,6 triliun). Selain ini Inggris juga mengalokasikan dana sebesar £ 27 miliar (Rp 486 triliun) untuk mendukung bisnis, dan  £ 7 miliar (Rp 126 triliun)  untuk jaringan pengaman sosial.

 

 

KOMENTAR