Elon Musk dan Sam Altman Bertarung Rebut ChatGPT

Sifi Masdi

Tuesday, 05-03-2024 | 13:22 pm

MDN
Elon Musk dan Sam Altman (kiri) [ist]

 

 


 

Jakarta, Inako

 

Dalam sebuah pertarungan sengit yang memilukan, Elon Musk dan Sam Altman, pendiri OpenAI, kini terlibat dalam gugatan hukum yang mengejutkan. Gugatan ini memunculkan perbedaan filosofis dan ambisi antara dua tokoh visioner ini, yang pada awalnya bersatu untuk menciptakan laboratorium nirlaba bagi teknologi kecerdasan buatan.

 

Pada tahun 2015, Musk, Altman, dan sejumlah visioner lainnya merintis OpenAI dengan tujuan mulia: memberikan alternatif open source bagi teknologi kecerdasan buatan, menyelamatkan inovasi dari cengkeraman perusahaan besar seperti Google yang telah membeli start-up DeepMind. Namun, seperti dalam banyak kisah ambisi besar, perbedaan pendapat dan tujuan mulai merayap ke permukaan.

 

BACA JUGA: Google Hentikan Sementara Pengoperasian AI Gemini, Ada Apa?

 

Elon Musk, yang menggelontorkan lebih dari $44 juta ke OpenAI antara 2016 dan 2020, kini menggugat OpenAI dan Sam Altman. Musk menyatakan bahwa perusahaan telah melanggar sertifikat pendiriannya yang menyebutkan bahwa OpenAI "akan bermanfaat bagi publik" dan tidak akan "diorganisasikan untuk keuntungan pribadi siapa pun."

 

 

 

 

Gugatan ini juga mencuatkan perbedaan pandangan mengenai siapa yang seharusnya mengendalikan teknologi kecerdasan buatan yang sangat transformatif.


Salah satu poin puncak konflik terjadi saat OpenAI merilis GPT-4 A.I tahun lalu. Musk merasa bahwa perusahaan telah mencapai tingkat kompleksitas yang dikenal sebagai kecerdasan umum buatan, yang menurutnya, melanggar perjanjian eksklusivitas tahun 2020 antara OpenAI dan Microsoft.

 

BACA JUGA: Elon Musk Berhasil Ciptakan Mouse yang Digerakkan Pikiran

 

Pengacara Musk menyatakan bahwa OpenAI kini menjadi "anak perusahaan de facto" dari Microsoft, sehingga menciptakan ketidakpuasan besar dalam jajaran eksekutifnya

 

Elon Musk tidak hanya menginginkan pembukaan OpenAI, tetapi juga memaksa perusahaan untuk mengungkapkan penelitiannya kepada publik. Ia berusaha mencegah para eksekutif OpenAI dan Microsoft mengambil keuntungan dari hasil kerja keras tim peneliti. Meskipun tuntutannya juga termasuk ganti rugi, Musk menyatakan bahwa ia akan menyumbangkan hasilnya untuk amal, menunjukkan bahwa misinya adalah untuk kepentingan umum.

 

Meskipun sebelumnya berusaha mengambil alih OpenAI pada tahun 2017, Musk kini fokus pada perusahaannya sendiri, xAI, yang bekerja pada chatbot seperti Grok dan pesaing OpenAI lainnya. Pada titik ini, Musk tidak hanya menjadi pemberi tantangan hukum terbesar bagi OpenAI, tetapi juga pesaing tangguh dalam pengembangan kecerdasan buatan.

 

BACA JUGA: Ini Komentar Ahli Terkait Penggunaan ChatGPT untuk Penelitian, Apa Bisa?

 

Pertarungan ini tidak hanya menguji keberlanjutan visi awal OpenAI, tetapi juga memberikan sorotan pada perang ambisi antara dua tokoh ikonik di dunia teknologi. Musk, dengan kemampuannya untuk mempertahankan gugatannya, dan OpenAI, dengan dukungan finansial dari Microsoft, membawa ketidakpastian pada arah masa depan industri kecerdasan buatan.

 

Sementara beberapa pakar hukum meragukan kekuatan Musk, satu hal yang pasti, dunia akan terus memperhatikan perkembangan konflik ini yang menentukan arah teknologi ke depan


 

 

 

 

 

KOMENTAR