Emiten ANTM Targetkan Perbaikan Margin Laba Usai Beli Emas dari Freeport
Jakarta, Inakoran
PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), emiten pertambangan milik negara, baru saja menjalin kerja sama strategis dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk pembelian emas. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan margin laba perusahaan melalui penghematan biaya dan pengurangan ketergantungan impor, yang selama ini membebani anggaran modal perusahaan.
Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Arianto Sabtonugroho Rudjito, setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Kerja sama antara Antam dan Freeport mencakup perjanjian harga pembelian yang lebih kompetitif dibandingkan harga pasar global, yang disebut Arianto mencakup elemen diskon serta efisiensi dalam biaya impor. Selama ini, ANTM dibebani biaya impor yang tinggi, yang memengaruhi arus kas modal kerja perusahaan dan menambah beban proses restitusi pajak yang memakan waktu.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Hari Ini: Kamis, 14 November 2024
Saham Pilihan yang Layak Dikoleksi: Rabu, 13 November 2024
Kapitalisasi Pasar Saham BREN Tembus Rp 1.000 Triliun: Prajogo Pangestu Tambah Kaya
Donald Trump Diprediksi Tak Prioritaskan Energi Bersih
“Dengan adanya agreement dengan Freeport, ada elemen diskon harga emas global, dan kita juga bisa berhemat dari biaya impornya,” jelas Arianto. Antam mengharapkan bahwa melalui kerja sama ini, pengadaan emas dari Freeport yang mencapai 30 ton per tahun akan mengurangi biaya impor yang selama ini memberatkan.
Meskipun pendapatan Antam meningkat signifikan, perusahaan justru mengalami penurunan laba bersih. Pada kuartal III 2024, Antam membukukan laba sebesar Rp2,2 triliun, turun 22,72% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp2,8 triliun. Di sisi lain, pendapatan perusahaan naik 39,81% menjadi Rp43,2 triliun, didorong oleh peningkatan penjualan emas yang signifikan.
Produk emas menyumbang sekitar 83% dari total penjualan ANTM, dengan nilai penjualan emas mencapai Rp35,7 triliun, naik 85% dari periode yang sama di tahun 2023. Hingga September 2024, volume penjualan emas Antam mencapai 28.567 kg, naik 47% dari 19.460 kg di tahun sebelumnya.
Namun, di balik pertumbuhan pendapatan ini, Antam menghadapi peningkatan beban pokok penjualan yang lebih tinggi, yaitu sebesar 57,64% secara tahunan (YoY) hingga mencapai Rp39,09 triliun pada kuartal III 2024. Sebagian besar biaya ini disebabkan oleh lonjakan biaya produksi hingga 63%, yang mencapai Rp40,8 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini.
Selama ini, Antam mendapatkan pasokan emas dari pihak ketiga, seperti ABC Refinery (Australia) Pty. Ltd., dengan nilai transaksi Rp10,58 triliun; Stonex Apac Pte. Ltd. sebesar Rp8,02 triliun; dan Ashoka Global SG Pte. Ltd. sebesar Rp6,45 triliun. Ketergantungan terhadap impor ini meningkatkan risiko biaya tambahan, terutama di tengah fluktuasi nilai tukar dan regulasi pajak. Dengan adanya pasokan emas dari Freeport, Antam berharap dapat meminimalkan ketergantungan terhadap pihak ketiga dan menurunkan beban belanja modal secara keseluruhan.
Selain emas, Antam juga memperoleh pendapatan dari segmen nikel yang menyumbang sebesar Rp6,1 triliun, atau sekitar 14% dari total pendapatan perusahaan dalam periode Januari hingga September 2024. Volume produksi dan penjualan feronikel masing-masing mencapai 15.244 ton dan 11.691 ton. Diversifikasi ini memberikan kontribusi yang penting bagi pendapatan perusahaan, meskipun skala pertumbuhannya belum mampu menyeimbangi tekanan biaya di segmen emas.
TAG#ANTM, #Saham ANTM, #EMAS, #PT PT Freeport Indonesia, #Produsen Emas, # Tambang Emas, #Laporan Keuangan, #Impor, #Ekspor, #Perusahaan BUMN, #Laba Usaha, #Rugi-Laba, #Kinerja, #Nikel
182194188
KOMENTAR