Fintech Pilihan Alternatif Pembiayaan Masyarakat Selain Bank, Tahun 2020

Hila Bame

Monday, 03-02-2020 | 17:51 pm

MDN

Jakarta, Inako

 

Perkembangan teknologi setidaknya  mengimbas pada sektor pelayanan perbankan di tanah air saat ini hingga ke depannya.  Kehadiran teknologi canggih seperti financial technologi (Fintech) dibidang pelayanan perbankan membuat sebagian masyarakat tidak lagi harus ke bank, cukup jari yang menekan tombol, uang pinjaman masuk rekening.

 

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memproyeksikan permintaan kredit bakal menghadapi berbagai tantangan pada tahun ini.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan perseroan melihat salah satu pendorong yang bisa menurunkan permintaan kredit bank pada tahun ini adalah alternatif pembiayaan perusahaan dari capital market non-kredit seperti penerbitan obligasi, penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), dan rights issue.

 

Selain itu, perkembangan financial technology atau fintech juga menjadi pilihan pembiayaan selain perbankan bagi masyarakat.

Meskipun demikian, berdasarkan paparan pada analyst meeting kuartal IV/2019, Bank Mandiri tetap menargetkan pertumbuhan kredit yang cukup tinggi secara average balance, yakni dikisaran 8 persen-10 persen pada tahun ini.

"Penerbitan obligasi, IPO, dan rights issue menjadi tantangan dalam penyaluran kredit Bank Mandiri, serta peningkatan jumlah fintech yang mendapatkan izin operasi oleh OJK dalam penyaluran pinjaman," katanya, Senin (3/2/2020).

Isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta pertumbuhan ekonomi Negara Tirai Bambu, mengaal,i perlambatan, juga akan berpengaruh terhadap lemahnya pertumbuhan ekonomi global. Efeknya harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia, seperti batu bara, crude palm oil (CPO), maupun karet penjualannya akan cenderung stagnan.

Kondisi global  tersebut akan berdampak pada penurunan penyaluran kredit perbankan. Selain mempengaruhi penurunan penyaluran kredit perbankan, kondisi ekonomi global tersebut juga akan memperlebar defisit neraca berjalan.

Diproyeksikan defisit neraca berjalan akan sedikit melebar sebesar 2,88 persen dari produk domestik bruto (PDB) akibat peningkatan iklim investasi domestik yang dapat meningkatkan impor bahan baku dan barang modal sehingga terjadinya capital inflow.

"Pelebaran defisit transaksi berjalan ini akan menjadi risiko penurunan nilai tukar," sebutnya.

Tercatat penyaluran kredit bank dengan logo pita emas ini selama 2019 yaitu senilai Rp907 triliun atau tumbuh 10,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya

KOMENTAR