Ganjar Pranowo: Pemerintah Perlu Beri Ruang Kreativitas Bagi Pelaku Seni, Tanpa Rasa Takut

Sifi Masdi

Monday, 05-02-2024 | 10:02 am

MDN
Capres Ganjar Pranowo dalam debat capres kelima di JCC, Senayan, Jakarta (ist]

 

 

 

 

Jakarta, Inako
 

Calon Presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo menyuarakan pandangannya mengenai peran pemrintah terhadap pelaku seni dan budayawan di Indonesia dalam debat capres di Jakarta Convention Center  (JCC), Minggu (4/2/2024).  Menurutnya, birokrasi harus berperan sebagai fasilitator bagi para pelaku seni, memberikan mereka kebebasan untuk mengekspresikan kreativitasnya tanpa rasa takut.

 

"Apakah itu nyanyi, apakah film maker apakah pencipta, penulis buku, sehingga terhadap mereka perlu dilindungi. Berikan kepada mereka, agar mereka bisa mengurus sendiri, kalau lah mereka kemudian berekspresi, pemerintah tidak perlu lah takut," ujar Ganjar Pranowo, sambil menegaskan bahwa pemerintah seharusnya tidak takut terhadap ekspresi seniman yang berbicara di atas panggung.

 

BACA JUGA: Lima Tahun Lalu Jokowi Ingatkan Masyarakat Untuk Tidak Memilih Calon Pemimpin Pelanggar HAM

 

Ganjar Pranowo juga menegaskan bahwa seniman seharusnya memiliki kebebasan untuk mengekspresikan karyanya tanpa keterlibatan politik. Sebagai contoh, ia menyebutkan kasus Butet Kartaredjasa, seorang seniman terkenal yang mengaku mengalami intimidasi saat menggelar pertunjukan satir politik di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

 

 

 

 

Sebelumnya, pada 1 Desember 2023, Butet Kartaredjasa dan penulis naskah teater Agus Noor menghadapi intimidasi dari petugas Kepolisian Sektor Cikini yang meminta penyelenggara membuat surat pernyataan untuk tidak menampilkan pertunjukan yang mengandung unsur politik. Meskipun menghadapi intimidasi, Butet dan Agus tetap melanjutkan pertunjukan mereka.

 

BACA JUGA:  CEO Polmark Indonesia: Besar Peluang Pilpres Dua Putaran, 25 Persen Pemilih Belum Tentukan Pilihan

 

Ganjar Pranowo mengajak pemerintah untuk melibatkan diri dengan cara yang lebih positif.

 

"Pemerintah mesti dalam track. Biarkan mereka mengekspresikan dalam seninya, budaya, dan kita cukup fasilitasi mereka yang akan mengerjakan, birokrasi tinggal duduk melihat hasilnya," ungkapnya.



 

KOMENTAR