Golkar; Di Persimpangan Jalan

Hila Bame

Friday, 31-01-2020 | 10:57 am

MDN

Oleh: DR. H. Masduki Duryat, M. Pd.I

 

Indramayu, Inako

Seperti diberitakan sebelumnya berdasarkan hasil rapat yg digelar pada Jumat, 23 Januari 2020 di Sekretariat DPD Partai Golkar Indramayu memutuskan akan memberikan kesempatan kepada kader partai, tokoh masyarakat secara terbuka untuk mendaftarkan diri sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati.

Penjaringan Calon

Penjaringan dibuka mulai tanggal 30 Januari sampai dengan 1 Pebruari 2020 melalui pengambilan formulir. Pengembalian formulir sejak tanggal 2 sampai dengan 6 Pebruari 2020.

Hal yang jarang terjadi dalam tubuh partai berlambang beringin ini, apalagi di Indramayu menjadi partai pemenang Pemilu dengan kejumawaan dan kepercayaan dirinya. Beberapa kali Pilkada di Indramayu, kadernya selalu maju dengan tanpa kegamangan dan tanpa harus melibatkan publik dalam rekrutmen calonnya.

 

Isyarat Rekrutmen

Dari sisi rekrutmen calon bupati dan wakil bupati secara terbuka yang dilakukan Partai Golkar, paling tidak mengisyaratkan; Pertama, banyak kader, calon pemimpin di luar struktur yang cukup mumpuni untuk memimpin Indramayu dan ingin pintu masuknya melalui partai Golkar. Kedua, gempuran pemikiran mulai masuk pada urat pemikiran pemangku kebijakan partai bahwa di luar tokoh partai mulai harus dipertimbangkan untuk juga diberi kesempatan memimpin Indramayu. Ketiga, dampak OTT KPK terhadap bupati Indramayu H. Supendi menjalar ke wilayah lain yang selama ini tidak terpikirkan, misalnya kader, kolega, orang-orang terdekat dan lainnya. Keempat, eksistensi partai golkar di Indramayu dalam menjaga tradisi sebagai partai pemenang Pemilu dijaga keajegannya.

 

Sehingga langkah untuk secara terbuka menjaring bakal calon bupati dan wakil bupati yang dilakukan oleh DPD partai golkar adalah langkah positif supaya golkar tetap eksis dan kader terbaiknya tetap memimpin Indramayu.

 

Jawaban Kegamangan

Rekrutmen secara terbuka ini menjadi jawaban terhadap kegamangan pengurus dan elit partai Golkar dalam menghadapi krisis akut dan kegagalan partai dalam melakukan kaderisasi yang sudah masuk wilayah disorientasi nilai. Walau tentu ini bukan hanya menimpa Partai Golkar.

 

Dalam konteks Indonesia, disorientasi--termasuk yang dialami kader partai--dengan mengesampingkan etika, telah memunculkan masalah utama bangsa kita saat ini;  Pertama, kewibawaan bangsa yang merosot. Kedua, daya saing yang rendah dan ketiga, intoleransi yang mengancam persatuan.


 
Tentu walau kemudian keputusan akan berakhir setelah keluarnya rekomendasi dari DPP partai Golkar, paling tidak proses sudah dilakukan untuk memunculkan kader terbaiknya.

 

Sampai hari Kamis (30/1) sudah ada 6 (enam) calon yang sudah mengambil formulir pendaftaran; D. Badrun SH., MH., Inu Danu Baya, Drh. Imamuddin Jamil, Hilal Himawan, KH. Syathori, dan Nurdin Jaenudin.

 

Masih ada 2 (dua) hari ke depan, tentu masih banyak calon yang berminat untuk mendaftarkan diri termasuk kejutan-kejutannya yang terjadi.

Apalagi sang 'begawan politik' Rangdu Gede masih  tak bergeming--sambil wait and see--yang seringkali melakukan kejutan politik dan manuvernya yang kadang sulit ditebak.

Penulis adalah dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon tinggal di Kandanghaur Indramayu

KOMENTAR