Golo Pari, Infrastruktur dan Wisata Alam
Oleh: Paskalis Yadin, Kontributor Inakoran.com
Golo Pari - Matim, Inako
Golo Pari, adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Desa ini merupakan hasil pemekaran dari desa induk Golo Ngawan beberapa tahun lalu.
Berada di lembah kaki Golo Leo (Gunung Leo), desa ini diliputi suasana yang nyaman dan asri. Udaranya sejuk dan segar, karena desa ini sesungguhnya berada di ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut.
Bukan hanya udaranya yang sejuk, penduduknya juga sangat ramah kepada siapapun yang datang ke desa ini. Tambahan lagi, masyarakat desa ini memiliki rasa toleransi yang tinggi dalam kaitan dengan kehidupan religius.
Penduduk desa Golo Pari umumnya bekerja sebagai petani, sehingga pagi-pagi buta orang sudah bersiap-siap menuju ladang dan kebun mereka. Tidak heran jika di siang hari sebagian rumah di desa ini kosong karena penghuninya ke kebun.
Fokus Bangun Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur, nampaknya menjadi fokus pemerintah desa Golo Pari. Hal itu terlihat jelas dari sejumlah ruas jalan raya yang dibangun pemerintah desa itu dalam tiga tahun terakhir.
Tidak kurang dari tiga ruas jalan baru yang berhasil dibuka dalam tiga tahun terakhir yakni ruas jalan yang menghubungkan desa Golo Pari dengan Kelurahan Golo Wangkung melalui Kali Rempang. Dua lainnya, adalah jalan yang menghubungkan desa Golo Pari dengan desa Golo Ngawan via Kali Kewok dan yang terbaru ruas jalan yang menghubungkan Kampung Meni – pusat desa Golo Pari - dengan puncak Golo Leo, yang dimulai dari sebuah perkampungan kecil di Golo Ndulu.
Fokus pada pembangunan infrastruktur tentu saja sebuah pilihan bijak, mengingat desa ini masih mengalami ketertinggalan dalam banyak sektor, salah satunya dalam bidang infrastruktur, khususnya jalan.
Akan tetapi, meski masih berusia ‘belia’ geliat pembangunan di desa ini memberi harapan bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama, desa ini akan mampu mengejar ketertinggalan dari desa tetangga khususnya desa Golo Ngawan yang menjadi induknya.
Sejak dibentuk, desa ini mendapat predikat sebagai desa ‘sangat tertinggal, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pemerintah.
Akan tetapi, berkat sentuhan tangan dingin seorang Rofinus Nafir – kepala desa Golo Pari saat ini – desa ini perlahan tetapi pasti, mulai melepas sebutan ‘sangat tertinggal’ nya.
Belum lama ini, Golo Pari telah naik status. Jika sebelumnya masuk kategorti desa ‘sangat tertinggal’ maka saat ini menjadi desa ‘tertinggal’.
Predikat ‘tertinggal’ sama sekali tidak membuat masyatakat desa ini merasa minder atau rendah diri, tetapi justru memacu mereka untuk melangkah maju.
Saat ini, pemerintah desa, lembaga pendidikan dan masyarakat Golo Pari, sangat kompak membangun desa ini guna meraih apa yang menjadi tujuan bersama.
Di desa ini terdapat sebuah sekolah lanjutan tingkat pertama atau SMP, meski masih berinduk ke SMP Negeri Watung Nggong.
Objek wisata alam
Meski masih masuk kategori tertinggal, namun, desa Golo Pari menyimpan potensi untuk menjadi desa maju. Hal itu bisa terwujud melalu banyak hal, dan salah satunya adalah dengan pengembangan objek wisata alam yang dimiliki desa ini.
Sejauh ini, paling tidak ada dua lokasi yang berpotensi menjadi tujuan destinasi wisata masa depan, yakni Puncak Golo Leo (Gunung Leo) dan Puncak Golo Lantar (Gunung Lantar) yang letaknya di perbatasan dengan desa Golo Ngawan.
Memiliki ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut, Golo Leo menjanjikan pemandangan yang sangat mempersona bagi setiap pengunjung yang datang.
Dari atas puncak gunung ini, para pengunung bsia melihat sejumah desa tetangga seperti, desa Rana Mese, desa Satar Nawang, desa Buti, dan Golo Wangkung.
Di puncak Golo Leo, juga ditemukan sebuah peninggalan nenek moyang berupa wadah tempat makan babi, atau dalam bahasa setempat disebut ‘Galang Ela’ (Galang artinya wadah; dan Ela artinya babi).
Konon katanya lokasi ini adalah tempat keramat bagi nenek moyang dulu. Masih percaya sampai sekarang bahwa nenek moyang orang Golo Pari asli berasal dari sana. Tempatnya sangat eksotik, laksana negeri di atas awan.
Selain Golo Leo, sekitar tiga kilo meter ke arah selatan juga terdapat sebuah gunung lain yakni Golo Lantar.
Belakangan gunung ini banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah karena di atas puncanya terdapat Gua dengan Patung Bunda Maria.
Bagi umat Katolik setempat, Golo Lantar telah menjadi destinasi wisata religius yang biasa mereka kunjungi pada bulan tertentu.
Mereka biasanya datang untuk berziarah. Tetapi, Golo Lantar tidak saja dikunjungi umat Katolik. Sebab belakangan, ada yang datang karena ingin melihat hamparan alam nan indah yang nampak sejauh mata menandang ke arah utara, selatan, timur dan barat.
Nah, bagi teman-teman yang masih penasaran dengan desa Golo Pari serta keindahan alamnya, kami siap melayani serta memandu teman-teman.
Sambil menyeduh kopi dan memetik gitar di puncak Golo Leo, kita bernyanyi, bercerita dan ketawa bareng. Golo Leo juga semakin ramah dan ikut tertawa dan siap menghibur kita.
Saat senjah, awan indah menutupi mahkota Golo Leo yang masih perawan itu, lalu kita pulang dan bercerita kepada anak cucu "Nak, kami duluh pernah Ke Golo Leo"
Akhir kata coretan ini sengaja saya buat, agar teman-teman datang untuk menikmati alam ini. Karena sejatinya hidup itu harus dinikmat dan disayangi. Petua dari Golo Leo mengatakan "hidup terlalu singkat kalau tidak dinikmati".
Saya yakin Golo Leo tidak membuat teman-teman kecewa.
TAG#Golo Pari, #Sambi Rampas, #Matim, #NTT, #Infrastruktur, #wisata alam
187249481
KOMENTAR