Harga Emas Kembali Melonjak: Dipicu Data Inflasi AS yang Rendah

Sifi Masdi

Thursday, 12-06-2025 | 08:45 am

MDN
Ilustrasi emas batangan [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga emas dunia kembali mencatatkan penguatan setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan pasar. Kabar ini memperkuat harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuannya, kemungkinan besar pada bulan September 2025.

 

Menurut data terbaru, inflasi tahunan AS kini berada di level 2,4%, sedikit lebih rendah dari prediksi sebelumnya. Inflasi inti berdasarkan Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) hanya naik 0,1% pada bulan Mei—turun dari kenaikan 0,2% pada April. Kondisi ini memberi ruang bagi The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya.

 

“Angka CPI yang rendah telah mendorong lonjakan pada seluruh sektor logam mulia, termasuk emas, karena imbal hasil obligasi dan nilai dolar AS ikut melemah. Harapan pasar adalah The Fed akan segera memangkas suku bunga,” ujar Tai Wong, analis dan pedagang logam independen.

 


BACA JUGA:

Prospek Cerah Saham GOTO Usai Rampungkan Migrasi Cloud

Harga Emas Antam Naik Tipis Rp 1.000 per Gram: Rabu  11 Juni 2025

Harga Minyak Dunia Melemah: Pasar Ragu Hasil Negosiasi Dagang AS-China


 

Saat ini, berdasarkan alat pemantauan FedWatch dari CME Group, peluang The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September mencapai 68%.

 

Mengutip Reuters pada Kamis (12/6/2025), harga emas di pasar spot tercatat naik 0,1% menjadi US$3.324,72 per ons setelah sempat menyentuh kenaikan 1% di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS stagnan di angka US$3.343,7 per ons.

 

Bloomberg mencatat pada pukul 07.14 WIB bahwa harga emas sudah menguat 0,28% menjadi US$3.364,66 per ons. Meski pergerakan harga emas terpantau positif, pasar tetap berhati-hati. Fokus kini tertuju pada rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang dijadwalkan keluar pada Kamis, serta keputusan suku bunga dari The Fed dalam pertemuan 17–18 Juni mendatang.

 

“Pasar ingin melihat emas menembus level resistance sebelumnya di $3.403 sebagai sinyal kelanjutan tren naik. Jika harga gagal reli meski data ekonomi mendukung, ini bisa menjadi sinyal koreksi jangka pendek,” tambah Wong.

 

Di sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan dengan China yang disebut akan mendorong kerja sama dalam sektor teknologi dan pendidikan. China dikabarkan akan memasok magnet dan mineral tanah jarang, sementara AS akan membuka akses pendidikan tinggi bagi pelajar asal China. Berita ini turut memengaruhi sentimen pasar secara luas, meski dampaknya terhadap harga logam mulia masih terbatas.

 

Selain emas, logam mulia lain juga mencatatkan pergerakan signifikan: Platinum melonjak 2,9% menjadi US$1.256,70 per ons, bahkan sempat menyentuh level tertingginya sejak 2021.

 

Meski demikian, Goldman Sachs memperingatkan bahwa reli platinum bisa bersifat sementara karena adanya tekanan dari sektor otomotif dan permintaan China yang sensitif terhadap harga. Paladium ikut menguat 1,3% menjadi US$1.074,25 per ons. Perak spot, sebaliknya, justru melemah 1,2% ke level US$36,11 per ons.

 

Disclaimer:

Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu. Pastikan untuk selalu mengecek harga terkini sebelum melakukan transaksi.

 

 

KOMENTAR