Harga Emas Spot Melemah, Dipicu Aksi Profit Taking

Jakarta, Inakoran
Harga emas dunia melemah tipis pada awal perdagangan Kamis (9/10/2025), seiring investor melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah logam mulia tersebut sempat menembus level psikologis US$4.050 per troy ounce pada sesi sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot tercatat turun 0,65% atau 26,41 poin ke level US$4.015,62 per troy ounce pada pukul 06.28 WIB. Sementara itu, harga emas berjangka Comex AS kontrak Desember 2025 terkoreksi 0,76% atau 30,9 poin ke posisi US$4.039 per troy ounce.
Sehari sebelumnya, Rabu (8/10), harga emas spot sempat menguat tajam 1,7% hingga mencapai US$4.050,24 per troy ounce — level tertinggi sepanjang sejarah. Adapun kontrak emas berjangka AS juga melonjak 1,7% ke US$4.070,5 per troy ounce.
Analis menilai pelemahan emas pada awal sesi ini wajar dan lebih disebabkan oleh aksi ambil untung jangka pendek setelah reli yang begitu kuat sejak awal tahun.
“Penguatan emas sebelumnya mencerminkan latar belakang makroekonomi dan geopolitik yang sangat mendukung aset safe haven, di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap aset lindung nilai tradisional lainnya,” ujar Matthew Piggott, Direktur Emas dan Perak di Metals Focus.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis (9/10/2025)
Ray Dalio, Sarankan Emas Sebagai Diversifikasi Paling Aman Dalam Investasi
Harga Emas Antam Naik Rp12.000 per Gram: Rabu (8/10/2025)
Sepanjang 2025, harga emas telah melesat 54%, melanjutkan kenaikan 27% pada tahun 2024. Kinerja luar biasa ini menjadikan emas sebagai salah satu aset dengan performa terbaik di dunia, melampaui penguatan pasar saham global maupun bitcoin.
Kenaikan tajam tersebut terjadi di tengah melemahnya dolar AS dan anjloknya harga minyak mentah, menegaskan posisi emas sebagai aset lindung nilai paling tangguh di tengah ketidakpastian global.
Beberapa faktar yang mendorong reli harga emas tahun ini, antara lain: ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang semakin kuat, ketidakpastian politik dan ekonomi global, pembelian masif oleh bank sentral dunia, arus masuk besar ke dana ETF berbasis emas, dan pelemahan dolar AS.
“Dengan seluruh faktor pendukung ini yang masih berlanjut hingga 2026, kami belum melihat adanya katalis besar yang dapat menekan harga emas secara signifikan. Kami bahkan memperkirakan emas berpeluang melanjutkan reli menuju level US$5.000 per troy ounce,” tambah Piggott optimistis.
Di sisi lain, penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat (government shutdown) yang telah berlangsung delapan hari turut memengaruhi pasar. Kondisi ini menunda rilis data ekonomi penting, termasuk inflasi dan tenaga kerja, yang menjadi acuan utama The Fed dalam menentukan arah kebijakan suku bunga.
Ketidakpastian tersebut membuat investor lebih mengandalkan data non-pemerintah serta proyeksi pasar uang. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya, dengan peluang pemangkasan serupa pada bulan Desember
Disclaimer:
Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu. Pastikan untuk selalu mengecek harga terkini sebelum melakukan transaksi.
KOMENTAR