Harga Minyak Dunia Kembali Melonjak: Dampak Stok AS Menurun dan Sanksi terhadap Rusia

Sifi Masdi

Thursday, 16-01-2025 | 08:30 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mengalami lonjakan signifikan pada perdagangan Rabu (15/1/2025), menembus level US$80 per barel untuk pertama kalinya sejak Agustus 2024. Kenaikan ini dipicu oleh sejumlah faktor penting, terutama penurunan tajam stok minyak di Amerika Serikat dan penerapan sanksi baru terhadap Rusia yang mulai mengguncang rantai pasokan minyak mentah global.

 

Berdasarkan data dari Bloomberg, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup menguat sebesar US$2,11 atau 2,64%, mencapai level US$82,03 per barel, yang merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2024. Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), juga mencatatkan penguatan yang signifikan, ditutup naik US$2,54 atau 3,28% ke level US$80,04 per barel, level tertinggi yang terlihat sejak Juli 2024.

 

Penurunan stok minyak AS yang terus berlanjut selama delapan pekan terakhir telah membawa harga minyak ke jalur bullish. Stok minyak AS kini berada pada level terendah sejak April, yang membalikkan ekspektasi surplus global yang sebelumnya diperkirakan akan melimpah. Penurunan ini tidak hanya memicu kekhawatiran di pasar minyak, tetapi juga meningkatkan daya tarik investasi di sektor energi.

 

Di tengah situasi ini, negara-negara seperti India telah memberlakukan larangan terhadap penggunaan kapal tanker Rusia yang terpengaruh oleh sanksi. Hal ini menyebabkan perusahaan di China beradaptasi dengan pergeseran pasokan, meningkatkan pembelian kargo dari Timur Tengah dan kawasan lainnya. Lonjakan biaya pengiriman yang terjadi, disertai dengan perubahan pola harga minyak fisik di AS, semakin mempercepat kenaikan harga minyak.

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis, 16 Januari 2025

Luhut Pandjaitan: Implementasi Sistem Coretax  Bisa Tambah Penerimaan Negara Hingga Rp 15 Triliun

Harga Minyak Dunia Kembali Anjlok: Imbas Permintaan AS yang Diproyeksi Turun

Harga Minyak Sentuh USD 81,01 Per Barel, Tertinggi Enam Bulan Terakhir: Imbas Sanksi ke Moskow


 

Namun, meskipun harga minyak menunjukkan tren penguatan, wakil presiden senior BOK Financial Securities, Dennis Kissler, memperkirakan bahwa kenaikan harga ini mungkin akan mencapai puncaknya di angka US$81 per barel. Indikator teknis saat ini menunjukkan bahwa harga minyak mendekati zona overbought pada indeks kekuatan relatif 14 hari, menandakan potensi koreksi harga dalam waktu dekat.

 

Tidak hanya minyak mentah, harga bensin berjangka juga mencatatkan lonjakan ke level tertinggi sejak Agustus setelah Colonial Pipeline Co. menghentikan operasi salah satu jaringan pipa bahan bakar terbesar di AS akibat kemungkinan kebocoran di Georgia. Jalur pipa ini sering mengangkut sekitar 1,5 juta barel bensin per hari dari Houston ke Greensboro, dan diperkirakan akan tetap tidak beroperasi hingga akhir pekan.

 

Menanggapi kondisi pasar yang dinamis, Badan Energi Internasional (IEA) pada hari yang sama merevisi proyeksi surplus pasar minyak global. IEA memperkirakan peningkatan stok akan terjadi sebesar 725.000 barel per hari, yang lebih kecil dari estimasi sebelumnya yang mencapai lebih dari 1 juta barel per hari. Hal ini menunjukkan bahwa pasar minyak global tetap rentan terhadap ketidakpastian, terutama dengan adanya dinamika geopolitik yang terus berkembang.

 

Pasar minyak juga tengah menganalisis dampak dari kebijakan yang akan diambil oleh Presiden terpilih Donald Trump di masa jabatannya yang kedua. Beberapa langkah yang mungkin diambil termasuk penguatan kebijakan untuk memperketat ekspor minyak Iran, pengenaan tarif baru terhadap minyak Kanada, serta insentif untuk produksi domestik. Kebijakan ini dapat memiliki implikasi jangka panjang bagi dinamika pasar minyak global dan kestabilan harga di masa depan.

 

 

KOMENTAR