Harga Minyak Dunia Kembali Menguat: Stok BBM AS Menipis

Sifi Masdi

Thursday, 20-03-2025 | 11:25 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mengalami penguatan tipis pada Rabu (19/3/2025) setelah data dari pemerintah AS menunjukkan penurunan stok bahan bakar, meskipun langkah Federal Reserve mempertahankan suku bunga membatasi kenaikan lebih lanjut.

 

Mengacu pada laporan Reuters, Kamis (20/3/2025), harga minyak berjangka Brent mengalami kenaikan sebesar 22 sen atau 0,31% ke level US$70,78 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 26 sen atau 0,39% ke US$67,16 per barel.

 

Kenaikan harga ini dipicu oleh laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang mencatat peningkatan stok minyak mentah sebesar 1,7 juta barel menjadi 437 juta barel pada pekan lalu. Angka ini jauh melampaui perkiraan analis yang hanya sebesar 512.000 barel. Namun, stok distilat—termasuk solar dan minyak pemanas—mengalami penurunan drastis sebesar 2,8 juta barel menjadi 114,8 juta barel, jauh lebih besar dari perkiraan penurunan 300.000 barel.

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis (20/3/2025)

Harga Emas Antam Naik Rp 15.000: Kamis (20/3/2025)

IHSG Melonjak 1,3%: Kamis (20/3/2025)

Harga Minyak Mentah Melemah: Dampak Kesepakatan Akhiri Perang Rusia-Ukraina


 

Menurut Chief Investment Officer Bison Interests, Josh Young, "Laporan EIA menunjukkan penurunan persediaan minyak secara keseluruhan, yang menjadi sentimen positif bagi pasar."

 

Di Timur Tengah, ketegangan kembali meningkat setelah militer Israel melanjutkan operasi darat di Gaza. Serangan udara yang terjadi sebelumnya telah menyebabkan lebih dari 400 korban jiwa, menurut tenaga medis setempat.

 

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menegaskan komitmennya untuk melanjutkan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman serta memperingatkan Iran agar tidak mengganggu jalur pelayaran di Laut Merah.

 

"Para pedagang kini kembali mencermati risiko geopolitik setelah Israel dan AS meningkatkan agresi di Gaza dan Yaman," ujar analis energi dari Center for Strategic and International Studies, Clay Seigle.

 

Federal Reserve mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50% seperti yang telah diperkirakan oleh pasar. Namun, pejabat The Fed mengindikasikan potensi pemangkasan suku bunga sebesar 0,5% pada akhir tahun 2025, seiring dengan pelemahan ekonomi dan inflasi yang mulai mereda.

 

Di sisi lain, kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang dapat berdampak pada permintaan energi global. Investor kini mencermati bagaimana kebijakan ini akan memengaruhi dinamika perdagangan dan konsumsi energi di masa mendatang.

 

Investor juga memantau perkembangan negosiasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Moskow menyetujui usulan dari Presiden Trump untuk menghentikan sementara serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina. Langkah ini dinilai dapat membuka jalan bagi minyak Rusia kembali masuk ke pasar global, yang berpotensi memengaruhi harga minyak di masa depan.

 

 


 

 

KOMENTAR