Harga Minyak Dunia Menguat: Pasar Pantau Perang Rusia-Ukraina
Jakarta, Inakoran
Harga minyak global kembali bergerak naik pada perdagangan Selasa (2/9/2025), didorong oleh kekhawatiran gangguan pasokan akibat meningkatnya intensitas perang Rusia-Ukraina serta dukungan dari pelemahan dolar AS.
Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent naik 67 sen atau 1% menjadi US$68,15 per barel, sementara minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 67 sen atau 1,1% ke level US$64,68 per barel. Perdagangan WTI sehari sebelumnya relatif tipis karena libur Hari Buruh di Amerika Serikat.
Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, berjanji akan membalas serangan drone Rusia yang menargetkan fasilitas listrik di wilayah utara dan selatan, serta memerintahkan serangan lebih jauh ke dalam wilayah Rusia.
BACA JUGA:
Harga Emas Antam Turun Rp 2.000 per Gram: Selasa (2/9/2025)
IHSG Dibuka Menguat ke Level 7.821
Apakah Saham Bank Masih Menarik?
Memasuki tahun keempat konflik, serangan udara kedua belah pihak semakin intens meski jalur diplomasi tetap terbuka. Kekhawatiran pasar bertambah setelah data pelacakan kapal tanker menunjukkan ekspor minyak Rusia turun ke level terendah dalam empat pekan terakhir, yakni 2,72 juta barel per hari.
Dari sisi makro, perhatian pasar tertuju pada rilis data pasar tenaga kerja AS pekan ini. Data tersebut dipandang krusial untuk menguji keyakinan investor bahwa Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga.
Ekspektasi tersebut membuat dolar AS melemah mendekati posisi terendah lima pekan. Kondisi ini menguntungkan harga minyak karena membuat komoditas tersebut lebih murah bagi pembeli dengan mata uang selain dolar.
Selain itu, investor juga menyoroti pertemuan tingkat tinggi di Beijing yang mempertemukan Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Perdana Menteri India Narendra Modi. Survei swasta menunjukkan aktivitas manufaktur China pada Agustus tumbuh tercepat dalam lima bulan, sehingga mendukung permintaan energi dan komoditas seperti minyak serta tembaga.
Pasar minyak juga menantikan pertemuan OPEC+ pada 7 September 2025 mendatang. Keputusan organisasi produsen minyak tersebut terkait target produksi setelah September akan sangat menentukan arah harga.
“Pertanyaan fundamental berikutnya adalah apakah OPEC+ akan melanjutkan kenaikan target produksi setelah September. Keputusan akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan,” kata Tim Evans, analis dari Evans on Energy.
HSBC dalam proyeksinya memperkirakan persediaan minyak global akan meningkat pada kuartal IV/2025 hingga kuartal I/2026, dengan surplus sekitar 1,6 juta barel per hari di akhir tahun ini.
Peningkatan suplai dari OPEC+ serta stok minyak global diperkirakan dapat menekan harga, terutama setelah Brent dan WTI sama-sama mencatatkan penurunan bulanan pertama dalam empat bulan pada Agustus, masing-masing turun lebih dari 6%.
“Pelaku pasar minyak akan tetap menahan optimisme mereka,” ujar John Evans, analis PVM, dalam catatannya.







KOMENTAR