Harga Minyak Dunia Naik: Stok Minyak AS Berkurang
Jakarta, Inakoran
Harga minyak dunia kembali menunjukkan tren kenaikan pada perdagangan Asia, Kamis (17/10) pagi, didorong oleh penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat. Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang terus dipengaruhi oleh berbagai faktor global, mulai dari kondisi ekonomi hingga ketegangan geopolitik.
Dilaporkan oleh Reuters, harga minyak mentah Brent naik sebesar 45 sen atau 0,6 persen, menjadi US$74,67 per barel pada pukul 00.23 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mencatatkan kenaikan yang sama, yaitu 45 sen atau 0,6 persen, menjadi US$70,84 per barel. Meski mengalami kenaikan, sebelumnya kedua patokan minyak tersebut sempat merosot selama dua hari berturut-turut, mencapai level terendah sejak 2 Oktober.
Kenaikan harga minyak ini sebagian besar dipicu oleh laporan penurunan stok minyak mentah AS yang tidak terduga. Stok minyak yang lebih rendah sering kali menciptakan ketegangan di pasar, karena menandakan pasokan yang lebih sedikit di tengah permintaan yang tetap atau meningkat. Hal ini mendorong pelaku pasar untuk bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan harga yang lebih tinggi di masa mendatang.
Selain penurunan stok, sentimen pasar minyak juga dipengaruhi oleh meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama terkait potensi konflik antara Israel dan Iran. Sebelumnya, kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak dari kawasan tersebut sempat memicu kenaikan harga, namun risiko tersebut kini mulai mereda. Meski begitu, ketidakpastian tetap menyelimuti, mengingat konflik yang belum terselesaikan sepenuhnya.
BACA JUGA:
Rekomendasi dan Arah Pergerakan Saham: Kamis, 17 Oktober 2024
Israel Urung Serang Fasilitas Minyak Iran: Harga Minyak Langsung Anjlok
Harga Minyak Dunia Kembali Merosot: Kondisi Geopolitik Belum Menentu?
Harga Minyak Dunia Anjlok: Dampak Data Ekonomi China yang Lesu
Analis Pasar IG, Tony Sycamore, menyoroti dua faktor penting yang saat ini dinantikan oleh investor global. Pertama, pengumuman dari Komite Tetap Kongres Nasional Rakyat Tiongkok (NPC) terkait rincian paket stimulus fiskal yang dijadwalkan segera hadir. Rencana pemulihan ekonomi yang diumumkan Beijing pada 12 Oktober diharapkan akan memberikan dorongan bagi pertumbuhan global, yang pada gilirannya dapat meningkatkan permintaan energi, termasuk minyak.
Faktor kedua adalah respons Israel terhadap Iran yang diperkirakan akan datang dalam waktu dekat. Meskipun waktu pasti dari respons tersebut belum diketahui, ketegangan geopolitik di kawasan ini berpotensi memicu kembali kenaikan harga minyak jika eskalasi terjadi.
Prospek Ke Depan
Kombinasi antara berkurangnya stok minyak AS, dinamika kebijakan ekonomi Tiongkok, serta ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah memberikan sinyal bahwa harga minyak kemungkinan akan terus berfluktuasi dalam beberapa waktu ke depan. Para investor dan pelaku pasar minyak harus tetap waspada terhadap perkembangan situasi global yang dapat berdampak langsung pada pasokan dan permintaan minyak mentah.
Sebagai komoditas vital bagi perekonomian dunia, pergerakan harga minyak akan terus menjadi perhatian utama, terutama di tengah situasi global yang tidak menentu. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah seberapa besar dampak dari kebijakan stimulus fiskal Tiongkok dan bagaimana ketegangan di Timur Tengah akan berkembang. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan sangat menentukan arah harga minyak dunia dalam waktu dekat.
KOMENTAR