Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Konflik Timur Tengah
Jakarta, Inakoran
Harga minyak dunia mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Asia Selasa (29/10), setelah sempat anjlok tajam sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh rencana Amerika Serikat untuk menambah cadangan minyak strategis (Strategic Petroleum Reserve / SPR), yang menjadi sinyal positif bagi pasar energi global. Sementara itu, investor tetap mencermati perkembangan ketegangan di Timur Tengah, terutama menyusul serangan balasan Israel terhadap Iran.
Mengutip laporan Reuters, minyak mentah Brent mencatat kenaikan sebesar 44 sen atau sekitar 0,6%, sehingga mencapai harga USD71,86 per barel pada pukul 00.25 GMT. Di sisi lain, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik 45 sen atau sekitar 0,7%, berada di posisi USD67,83 per barel.
Meski harga minyak sempat naik, kedua kontrak Brent dan WTI mengalami penurunan signifikan sebesar 6% pada awal pekan. Penurunan ini membawa harga minyak ke level terendah sejak 1 Oktober, dipicu oleh ketegangan setelah Israel melancarkan serangan balasan yang berdampak pada infrastruktur militer di sekitar Teheran.
BACA JUGA:
Mayoritas Saham Big Caps Berada di Zona Hijau
Iran Anggap Serangan Israel Receh, Harga Minyak Langsung Anjlok 4%
Harga Minyak Terbang: Imbas Konflik di Timur Tengah
Harga Minyak Kembali Naik: Konflik Israel-Hizbullah Memanaskan Pasar
Salah satu faktor yang mendukung penguatan harga minyak adalah keputusan AS untuk membeli sekitar 3 juta barel minyak untuk cadangan strategis mereka, dengan target pengiriman hingga Mei tahun depan. Langkah ini bertujuan menjaga stabilitas cadangan minyak nasional, meskipun dana pembelian masih bergantung pada persetujuan anggota parlemen untuk alokasi tambahan.
Rencana pengisian SPR ini, meskipun memberikan dorongan sementara, juga mengindikasikan keterbatasan anggaran AS untuk membeli lebih banyak minyak hingga parlemen menyetujui pendanaan tambahan.
“Rencana AS ini memberikan sejumlah dukungan bagi pasar,” ujar Hiroyuki Kikukawa, Presiden NS Trading, unit Nissan Securities.
Namun, Kikukawa memperkirakan tren penurunan harga di masa mendatang karena puncak permintaan minyak untuk musim dingin di Belahan Bumi Utara masih jauh dan permintaan di China masih rendah.
Situasi geopolitik di Timur Tengah terus menjadi perhatian utama pelaku pasar minyak dunia. Pada akhir pekan lalu, jet tempur Israel melancarkan tiga gelombang serangan terhadap fasilitas militer Iran, termasuk pabrik rudal di dekat Teheran dan wilayah barat Iran. Serangan ini memicu kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik di kawasan, yang dapat memengaruhi pasokan minyak global.
Namun, hingga kini, target serangan Israel sebagian besar difokuskan pada instalasi militer, sehingga kekhawatiran atas potensi serangan terhadap fasilitas nuklir atau infrastruktur minyak Iran sedikit mereda.
“Prospek situasi Timur Tengah masih mengkhawatirkan, namun pasar memperkirakan jeda sementara dalam serangan balasan antara Israel dan Iran,” tambah Kikukawa.
Meskipun ketegangan politik di Timur Tengah dan rencana pembelian SPR AS memberikan dukungan sementara bagi harga minyak, tren harga di masa depan masih diperkirakan akan melemah. Beberapa faktor yang memengaruhi proyeksi ini adalah penurunan permintaan global yang diperkirakan akan terjadi seiring dengan datangnya musim dingin, terutama di negara-negara di Belahan Bumi Utara, serta lambatnya permintaan energi di China yang masih lesu.
KOMENTAR