Hasil Survei: 60% Warga Jepang Sulit Membesarkan Anak

Binsar

Saturday, 15-05-2021 | 09:35 am

MDN
Guru taman kanak-kanak berjalan dengan anak-anak di kota Osaka pada 14 Februari 2020. [ist]

 

 

Jakarta, Inako

Survei yang dilakukan pemerintah Jepang belum mlama ini menyebut, sebanyak 61,1 persen orang di Jepang percaya bahwa membesarkan anak di negara itu sulit.

Survei itu menyoroti persepsi tentang dukungan yang tidak mencukupi untuk mengasuh anak dibandingkan dengan negara lain.

Sebaliknya, mayoritas besar di Swedia, Prancis, dan Jerman mengatakan dalam survei yang dilakukan oleh Kantor Kabinet Jepang bahwa membesarkan anak di negara-negara itu mudah.

Sementara 38,3 persen dari 2.500 orang berusia 20 hingga 49 tahun di Jepang mengatakan bahwa mereka merasa mengasuh anak di negara itu mudah, angka 97,1 persen di Swedia, 82,0 persen di Prancis dan 77,0 persen di Jerman tercatat di antara 1.000 responden di setiap negara.

Ditanya mengapa mereka percaya melahirkan dan membesarkan anak itu mudah, jawaban paling umum di antara orang-orang di Jepang adalah bahwa mereka merasa "aman" di komunitas mereka.

Sementara itu, banyak responden di Prancis dan Jerman menunjuk pada layanan medis yang memuaskan dari kehamilan hingga persalinan, serta dukungan perawatan anak yang substansial. Banyak orang di Swedia mengacu pada pengurangan biaya pendidikan.

 

 

Persentase orang di Jepang yang memilih jawaban serupa dengan responden di Prancis, Jerman, dan Swedia tetap rendah.

Ditanya tentang hubungan asmara, 40,4 persen responden di Jepang mengatakan mereka akan mempertimbangkan kencan jika seseorang menunjukkan minat, menggarisbawahi sikap pasif dibandingkan dengan negara lain.

Sebanyak 19,4 persen di Jepang memandang hubungan romantis sebagai "menyusahkan".

Pemerintah berencana untuk menyebutkan hasil survei, yang dilakukan antara Oktober lalu dan Januari, dalam buku putih tahunan tentang tindakan terhadap penurunan angka kelahiran Jepang yang diharapkan akan disahkan oleh Kabinet Perdana Menteri Yoshihide Suga pada bulan Juni.

Kantor Kabinet melakukan survei internasional tentang penurunan angka kelahiran setiap lima tahun.

KOMENTAR