Inilah Enam Fase Siklus Pembangunan Manusia, Muhadjir: Agar Siap Hadapi Bonus Demografi 2030

Hila Bame

Thursday, 01-12-2022 | 10:14 am

MDN
Inilah Enam Fase Siklus Pembangunan Manusia, Muhadjir: Agar Siap Hadapi Bonus Demografi 2030

 

 

JAKARTA, INAKORAN

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy blak-blakan tentang enam fase siklus pembangunan manusia dan kebudayaan.

“Pertama, fase prenatal dan ASI atau disebut juga 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan balita.

Pada fase ini yang menjadi perhatian pemerintah adalah memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, Batita, dan Balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting),” kata Muhadjir dalam percakapan dengan kagama.co di Yogyakarta, belum lama ini.


BACA:  

Indonesia Rencana Ajukan Banding setelah Kalah dalam Sengketa Nikel WTO dengan UE


 

Kedua, katanya, fase usia dini anak.

Pemerintah telah menginisiasi program Pendidikan Anak Usia Dini- Holistik Integratif (PAUD-HI) yang memaksimalkan kemampuan kognitif anak (stimulasi psikologis, pola asuh yang tepat, pemberian makan yang tepat) termasuk pembiasaan pada nilai-nilai karakter yang baik.

Fase ketiga, menurut Guru Besar Universitas Negeri Malang  (UM) ini  disebut wajib belajar atau fase investasi sekolah melalui wajib belajar 12 tahun dan penguatan pendidikan karakter.

“Namun kita tahu, pencapaian wajib belajar 12 tahun ini masih terkendala dengan belum maksimalnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) seperti yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024 di mana APK SMP atau sederajat menjadi 95,43 persen tahun 2024 dan APK SMA 84,02 persen,” papar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada kabinet Jokowi jilid satu ini.

 

Fase keempat yaitu fase perguruan tinggi yang menargetkan peningkatan produktivitas dan daya saing SDM. Ini sangat dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 2030 mendatang.


“Untuk mencapai target dimaksud, berbagai strategi telah dilakukan pemerintah, di antaranya, meningkatkan angka partisipasi pendidikan tinggi, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan tinggi, menguatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan, serta meningkatkan sinergitas antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI),” tegas mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Keluarga berkualitas

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan, fase kelima adalah fase produktif .

Pada  fase ini manusia memasuki dunia kerja, membangun keluarga berkualitas.

Persoalannya, saat ini masih banyak tantangan yang dihadapi seperti minimnya serapan tenaga kerja akibat menuntut kompetensi yang tinggi termasuk kemampuan berbahasa inggris dan penguasaan teknologi informatika (TI).

 

“Pada fase ini, pemerintah memiliki PR besar yaitu menyiapkan generasi selanjutnya dalam membangun keluarga.

Oleh karena itu, kita sudah mulai melakukan terobosan melalui pembekalan bagi calon pengantin (Catin) lewat program bimbingan pranikah.

Harapannya, upaya itu juga akan berdampak pada berkurangnya angka bayi berat lahir rendah (BBLR) yang berisiko stunting,” ungkap anak keenam dari 9 bersaudara pasangan Guru Soeroya dan Hj Sri Subitah  ini.

Fase keenam atau yang terakhir yaitu fase lanjut usia.

Diharapkan, pada fase ini bisa diwujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan bermartabat. Ia menilai, hal itu bisa dimulai dengan gaya hidup sehat dan olahraga secara teratur sebagaimana anjuran pada program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Namun demikian, selain program Germas, kata Muhadjir, keenam fase Siklus PMK dikuatkan juga oleh program dukungan lainnya, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Bantuan Sosial (Bansos), Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, Penanggulangan Bencana, Disabilitas serta Germas itu sendiri.(*/ANO)

 

 

KOMENTAR