Investor Tanggapi Positif Kesepakatan Dagang AS-China

Sifi Masdi

Monday, 04-03-2019 | 12:04 pm

MDN
Presiden Donald Trump dan Xi Jinping [ist]

Washington, Inako

Amerika Serikat dan China terlihat harmonis setelah kedua negara berunding intensif selama dua minggu di Beijing dan Washington. Bahkan sudah ada garis besar kesepakatan dagang yang mencakup perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan. 

Investor semakin berbunga-bunga kala Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menunda kenaikan bea masuk atas impor produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Seyogianya kenaikan tersebut berlaku mulai 2 Maret. 

Namun karena dialog yang mulus, Trump akhirnya memutuskan untuk menunda kenaikan tersebut sampai batas waktu yang belum ditentukan. Robert Lighthizer, Kepala Perwakilan Dagang AS, mengungkapkan peraturan pemerintah yang mengatur penundaan ini akan terbit tidak lama lagi. 

Bahkan kemudian Trump berencana mengundang Presiden China Xi Jinping ke resor golf miliknya di Florida untuk finalisasi dan pengesahan kesepakatan dagang. Pertemuan itu dijadwalkan berlangsung bulan ini. 

Perkembangan ini membuat pelaku pasar memasang mode agresif. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia menjadi incaran. 

Namun mulai pertengahan pekan, sentimen ini mulai mereda. Investor mulai tergoda melakukan ambil untung (profit taking) dari kenaikan yang terjadi sebelumnya. 

Ditambah lagi sikap AS yang berubah kembali galak kepada China. Lighthizer dalam paparannya di depan Komisi Perpajakan House of Representatives menyatakan bahwa sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS-China. Dia pun membuka kemungkinan AS untuk kembali menerapkan kenaikan bea masuk bagi produk-produk made in China

Trump kemudian ikut memanaskan situasi. Dirinya menyatakan siap membatalkan perundingan dagang dengan China jika hasilnya tidak memuaskan. 

"Saya selalu siap untuk keluar. Saya tidak pernah takut untuk keluar dari kesepakatan, termasuk dengan China," tegasnya, dikutip dari Reuters. 




 

KOMENTAR