Jendral Moeldoko ; Secangkir Kopi Dalam Fitnahan Politik Demokratis 

Hila Bame

Sunday, 14-02-2021 | 10:29 am

MDN

 

Jakarta, INAKORAN 

 

Aktivis Hukum Indonesia, Agus Abdullah mengungkapkan bahwa demokrasi kepartaian politik Indonesia tidak mungkin bisa tumbuh dengan baik di sebuah negara, jika hubungan kultur partai politik yang tumbuh dinegara tersebut tidak kondusif terhadap nilai - nilai demokrasi.

 


BACA:  

KITA dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Indonesia

 


 

Di era reformasi, Indonesia terlihat agak kesulitan terhadap upaya membangun nilai - nilai dimensi demokrasi untuk tumbuh dengan kultur demokrasi yang kompatibel

Kultur demokrasi kepemimpinan  partai politik tersebut, terciptanya semangat kesukuan maupun kelompok yang menonjol dalam kehidupan politik

Adanya Issu kudeta terhadap salah satu partai politik yang dialamatkan kepada salah seorang dalam lingkaran istana presiden atau memfitnah tanpa mengedepankan nilai objektifitas pikiran yang rasional.


BACA:  

Akte Lahir Ngadat, Mahalnya Belis Pernikahan di NTT, Nikah Lari Jalan Keluarnya


 

 

Oleh karena dalam hukum fitnah merupakan suatu kebohongan besar atau menyebar dusta dengan mengada - ngada yang kemudian merugikan orang lain. Langkah dalam pikiran tersebut secara publik sangat disayangkan bagi pemimpin partai politik, juga belum  dewasanya menciptakan tatanan kehidupan demokrasi kepartaian yang lebih baik melalui jualan pasar politik yang sifatnya murahan.

Dalam perspektif primordialisme inilah melahirkan suatu arah pemikiran terhadap upaya kepedulian untuk membangun kehidupan demokrasi kepartaian yang berkualitas dari kader oleh kader untuk kader bukan dari sistem oligarki tertentu. 

Selain itu bentuk dukungan moril pun yang datang dari berbagai latar belakang kelompok masyarakat  kepada mantan panglima TNI,Jenderal ( Purn ) Moeldoko untuk terus melakukan kemajuan dalam semangat mewarnai pembangunan demokrasi kepartaian Indonesia.

 

KOMENTAR