Kebijakan Pro-Kripto Berpotensi Dongkrak Ekonomi AS hingga USD 100 Triliun

Jakarta, Inakoran
Kebijakan yang mendukung industri kripto diperkirakan dapat meningkatkan perekonomian Amerika Serikat hingga USD 100 triliun dalam satu dekade ke depan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Eksekutif Strategy (sebelumnya MicroStrategy), Michael Saylor, dalam pertemuan puncak kripto di Gedung Putih pada Jumat lalu.
Menurut Saylor, pertumbuhan ini akan berdampak luas pada berbagai sektor. Ia memperkirakan sekuritas digital dapat menambah nilai sebesar USD 20 triliun ke pasar saham AS, mata uang digital dapat meningkatkan Obligasi Negara AS hingga USD 10 triliun, dan aset modal jangka panjang AS berpotensi tumbuh hingga USD 20 triliun.
Lebih dari itu, Saylor menekankan bahwa adopsi kripto yang lebih luas dapat mendorong inovasi finansial dan menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih inklusif serta efisien.
Salah satu usulan utama Saylor adalah agar pemerintah AS membeli hingga 25% Bitcoin sebagai cadangan strategis. Menurutnya, langkah ini dapat menjadi solusi bagi permasalahan utang nasional dan memperkuat stabilitas ekonomi jangka panjang.
Ia memproyeksikan bahwa jika Bitcoin digunakan sebagai cadangan strategis, Obligasi Negara AS dapat memperoleh tambahan nilai sebesar USD 81 triliun pada tahun 2045. Hal ini berpotensi mengubah cara pemerintah mengelola cadangan keuangan dan menstabilkan pasar keuangan global.
BACA JUGA:
IHSG Bertengger di Zona Merah, Melemah 1,44%: Selasa (11/3/2025)
Harga Minyak Dunia Anjlok: Imbas Perlambatan Ekonomi AS dan China
Donald Trump Gelar KTT Kripto di Gedung Putih: Upaya Jaga Stabilitas Pasar Digital
Trump Keluarkan Perintah Eksekutif untuk Dukung Industri Kripto
Sebagai tokoh berpengaruh dalam komunitas Bitcoin, Saylor menyoroti pentingnya industri aset digital untuk diakui sebagai sektor yang sah. Ia mendorong perubahan kebijakan perpajakan serta penghentian praktik "debanking" terhadap pelaku industri kripto.
"Pemerintah harus memberikan dukungan bagi bank-bank besar untuk menyimpan, memperdagangkan, dan membiayai aset Bitcoin. Debanking terhadap pelaku industri kripto tidak boleh ditoleransi,” ujar Saylor, dikutip dari Yahoo Finance.
Selain menuntut dukungan lebih besar bagi industri kripto, Saylor juga menekankan perlunya deregulasi di sektor ini. Menurutnya, penerbit aset digital harus memiliki hak untuk menciptakan dan menerbitkan aset tanpa harus mendapatkan persetujuan regulator terlebih dahulu. Pendekatan ini, katanya, akan mendorong inovasi dan meningkatkan daya saing AS di sektor teknologi keuangan global.
Namun, meskipun mendukung kebijakan yang lebih ramah kripto, Saylor juga menyoroti pentingnya kepatuhan dan transparansi dalam industri ini. Ia mengingatkan bahwa industri kripto masih rentan terhadap aktivitas ilegal dan harus menerapkan standar etika yang tinggi.
"Semua pelaku pasar harus mematuhi aturan transparansi, berperilaku etis, dan menghindari konflik kepentingan. Setiap individu juga harus bertanggung jawab secara perdata dan pidana atas tindakannya," tegasnya.
Keamanan menjadi isu utama dalam perkembangan industri kripto. Laporan dari Chainalysis menunjukkan bahwa kejahatan terkait kripto telah berkembang menjadi industri bernilai USD 51 miliar per tahun. Hal ini menuntut adanya regulasi yang tidak hanya mendorong inovasi tetapi juga memastikan perlindungan bagi investor dan pengguna aset digital.
Sebagai informasi, perusahaan Strategy yang dipimpin Saylor adalah pemegang Bitcoin korporat terbesar di dunia, dengan kepemilikan 499.096 Bitcoin yang dibeli dengan harga rata-rata USD 66.357 per koin. Saylor sebelumnya juga memprediksi bahwa kapitalisasi pasar Bitcoin akan melonjak dari USD 2 triliun saat ini menjadi USD 200 triliun di masa depan, dengan arus modal yang mengalir dari berbagai belahan dunia, termasuk Tiongkok, Rusia, Eropa, Afrika, dan Asia.
Disclaimer:
Harga mata uang kripto dapat berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu mengecek harga terkini sebelum melakukan transaksi. Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca.
KOMENTAR