Kepemimpinan Gus Muhaimin dan Refleksi Harlah PKB ke-23

Hila Bame

Monday, 26-07-2021 | 20:12 pm

MDN


Oleh. : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat

JAKARTA, INAKORAN

DPP PKB baru saja tanggal 23 Juli 2021 memperingati harlah PKB  ke 23.  Merefleksikannya dalam konteks kepemimpinan Gus Muhaimin sebagai Ketua Umum PKB saat ini setidaknya mengingatkan penulis pada satu dokument historis bahwa Gus Muhaimin adalah satu dari sedikit "anak muda" 23 tahun silam yang terlibat penuh dalam "tim 9" bentukan PBNU. Sebuah tim asistensi yang merekonstruksi secara konseptual platform pendirian PKB,  23 Juli 1998, delapan bulan sebelum kontestasi pemilu demokratis pertama tahun1999 di era reformasi di mana PKB menempati posisi elektoral tiga besar setelah PDIP dan Partai Golkar.


Titik simpul kekuatan kepemimpinan Gus Muhaimin sebagai Ketua Umum PKB saat ini setidaknya dalam timbangan penulis adalah pada keterlibatan secara historis dalam proses pendirian PKB di atas sehingga memahami betul secara lahir batin konteks historis, kekuatan sosial, basis kultural dan platform perjuangan PKB dengan perpaduan skill kepemimpinan politik, mengutip Herbiet Fieth (1962) yakni tipologi kepemimpinan politik "solidarity maker" dan "political administrstor" dalam merespon dinamika tantangan perubahan sosial dan peta kontestasi politik elektoral di Indonesia secara dinamis.


Kepemimpinan politik "solidarity maker" menurut Herbiet Fieth secara simpel lebih mengedepankan kemampuan gelora retorik dalam membangun kohesi sosial dengan penguatan identitas simbol simbol kelompok dan kepemimpinan "political administrator" lebih pada kecakapan managemen politik sebagai strategi untuk mewujudkan misi politik. Dalam konteks Gus Muhaimin tipologi pertama diperolehnya dari "takdir" politiknya lahir dari "trah" pendiri NU  dan tipologi kedua diperolehnya dari kemampuannya berproses dalam dinamika organisasi politik secara formal secara bertingkat.dan berjenjang.


Hari ini di usia nya ke 23 PKB di bawah kepemimpinan Gus Muhaimin bukan saja telah matang mengelola dinamika internalnya tanpa friksi dan konflik, lebh dari itu, kekuatan kepemimpinan Gus Muhaimin diatas telah terbukti berhasil  membawa PKB di pemilu 2019 menembus batas raihan PKB  di pemilu 1999 secara elektoral (raihan suara),. perolehan kursi dan sebaran pemilihnya meskioun secara akomulatif prosentasenya secara nasional mash di bawah satu persen dari perolehan prosentase PKB di pemilu1999, pemilu yang dulu sangat menggairahkan warga  NU.


Maka, saat KH.Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU dalam "tausiyah" politiknya dalam acara harlah PKB ke 23 merasa heran bahwa perolehan kursi PKB masih di bawah partai Gerinda dan partai Nasdem di pemilu 2019 dan dipandangnya PKB  "kurang greget" sesungguhnya pesan politiknya adalah bagaimana jaringan sosial  ke NU  an tidak lagi diletakkan sebagai kekuatan kultural politik PKB ansich melainkan sumber elektoral di.mana PKB  mendapatkan limpahan suara warga NU setidaknya 30% dari jumlah warga NU yang dalam survey LSI (2018) berjumlah di kisaran 90 juta orang. 


Inilah makna hubungan historis dan aspiratif NU PKB dalam "mabda syiasi" PKB yang dulu disusun "tim lima" PBNU termasuk didalamnya KH.Said Aqil Siradj agar peran politik PKB berada di arus utama dan menjadi salah satu yang terpenting dalam penentu arah kebijakan politik negara.


Selamat harlah PKB ke 23. Semoga PKB di bawah kepemimpinan Gus Muhaimin tetap kukuh sebagai "bandul politik tengah" di tengah tarikan "kiri" sekularisasi politik dan tarikan "kanan" politisasi agama yang sama kerasnya di ruang publik hampir satu dekade terakhir. Di situ "fitroh" kekuatan politik PKB yang lahir dari NU untuk bangsa.


Wassalam !

TAG#ADLAN DAIE, #PKB, #PBNU, #MAUHAIMIN

161703452

KOMENTAR