Lahan Petani TORA Dijadikan Sebagai Basis Koperasi di Sukabumi
Sukabumi, Inako
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI Sofyan A Djalil bersinergi mengkonsolidasikan penerima program redistribusi lahan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) untuk usaha produktif ke dalam wadah koperasi.
"Kita perkuat sektor pangan nasional. Para petani kita konsolidasikan ke dalam koperasi, untuk menanam produk unggulan kualitas ekspor. Koperasi juga terhubung dengan offtaker dan lembaga pembiayaan bank," kata Teten, saat penanaman bibit pisang Cavendish perdana di Warungkiara, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (23/11).
BACA JUGA: Mahasiswi ITB Asal Manggarai, Pimpin Konferensi Dunia Bidang Aerospace dan Aviasi
Teten menyebutkan, akan sulit membangun Korporatisasi Pangan bila petani berlahan sempit bekerja secara individu, tidak akan efisien dan produknya tidak kompetitif, serta tidak memiliki daya saing. "Kita bangun model bisnisnya," tegas MenKopUKM.
Menurut Teten, PT Great Giant Pineapple (GGP) melalui skema Creating Shared Value akan melakukan kerjasama kemitraan dengan petani dan pemerintah daerah atas dasar pemberdayaan dan asas saling menguntungkan dalam hal budidaya dan pemasaran tanaman pisang. Awalnya, kampung pisang di Tenggamus, Lampung, ini hanya seluas 10 hektar, sekarang sudah berkembang hampir 400 hektar dan dikelola 800 petani.
BACA JUGA: Menteri Basuki Tandatangani 7 Prasasti Infrastruktur di Sulsel
Teten meyakini, dengan model bisnis seperti itu maka akan terjamin adanya kepastian harga dan pasar. Sehingga, pihak perbankan tak ragu lagi untuk membiayai sektor pertanian. "Selama ini bank sulit membiayai sektor pertanian karena potensi NPL-nya tinggi," tambah Teten.
Dengan model bisnis seperti ini, petani atau peternak tidak lagi harus memikirkan kemana produknya akan dipasarkan. "Itu sudah menjadi urusan koperasi," imbuh Teten.
Untuk itu, MenKopUKM menggarisbawahi perlunya terjalin kemitraan dalam membangun Korporatisasi Petani berbasis koperasi di Indonesia. "Model bisnis seperti itu harus kita ciptakan. Koperasi bermitra dengan offtaker, sedangkan petani fokus produksi untuk menghasilkan produk berkualitas," jelas Teten.
BACA JUGA: KemenKopUKM dan Baznas Bantu Modal 500 Usaha Mikro di Bali
Saat ini, menurut MenKopUKM, di Warungkiara memang baru sebesar 3 hektar saja yang dimanfaatkan untuk penanaman pisang Cavendish. Namun, ke depan, jumlah lahan akan terus ditingkatkan, tidak hanya rakyat penerima TORA.
Selanjutnya, KemenKopUKM juga bakal mengembangkan komoditas buah mangga di Majalengka, Indramayu (Jabar), dan Gresik (Jatim). "Kita akan terus membangun Corporate Farming berbasis tanah rakyat dan koperasi," tandas Teten.
Sementara itu, Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil berharap para petani di Warungkiara bisa bekerja sesuai petunjuk (guide) dari PT GGP agar bisa juga meraih sukses. "Selama ini petani sulit diangkat. Sekarang, sudah ada offtaker dan teknologi. Sehingga, kualitas hasilnya sama sesuai standar internasional," tukas Sofyan.
BACA JUGA: Budidaya Lobster Jadi Produk Unggulan Daerah Lombok Timur
Kunci suksesnya, lanjut Sofyan, ada pada kedisiplinan petani. "Kami sediakan lahan lewat program Redistribusi Lahan agar bisa dimanfaatkan masyarakat. Saya yakin, bila koperasi dikelola dengan benar, akan melahirkan kemakmuran masyarakat," kata Sofyan.
KOMENTAR